Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 28 Juli 2022 | 15:16 WIB
Penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. [Foto : Istimewa]

SuaraBali.id - Semua pelaku perjalanan yang kembali dari Bali diusulkan agar diperiksa tasnya, sebagai upaya untuk mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK). Hal ini diucapkan oleh Menteri Pertanian negara bagian New South Wales (NSW) Dugald Saunders menyikapi ancaman PMK di Indonesia.

Sebelumnya aturan biosekuriti baru di bandara Australia juga telah diterapkan. Dimana pelaku perjalanan yang kembali dari Indonesia perlu berjalan di atas keset sanitasi atau mengikuti arahan lain terkait biosekuriti.

Tindakan ekstra tersebut diperlukan di tingkat nasional. Termasuk pemeriksaan semua tas yang datang dari daerah ‘hot spot’, seperti Bali.

“Kita perlu segera menggelar keset-keset itu di seluruh bandara Indonesia dan Australia,” katanya.

Baca Juga: Hotel Lorin Bali di Gianyar Dipasangi Plang Aset Negara Oleh BLBI

“Kita juga perlu melihat 100 persen tas diperiksa dari daerah-daerah ‘hot spot’ seperti Bali, jika Anda pergi ke Bali, Anda harus mengharapkan tas Anda diperiksa kembali.” Tambahnya.

Menurut Saunders dia telah berbicara dengan Pemerintah Federal tentang masalah ini beberapa kali.

“Saya pikir ini cara yang paling sederhana dan terbaik untuk memastikan kita mencegahnya dan membuat orang sadar betapa pentingnya hal ini.” Ujarnya.

Hal ini karena ia mendengar banyak cerita orang-orang bisa melenggang melewati bea cukai. Bahkan ketika mereka menyatakan apa yang dibawa tapi tasnya tetap tidak diperiksa. Menurutnya hal ini tidaklah baik.

Belum ada seruan untuk larangan bepergian

Baca Juga: Pencoretan Bandara Bali Utara dari PSN Jadi Kado Pahit Bagi Bupati Buleleng

Akan tetapi Saunders belum dapat menerapkan seruan dari anggota parlemen Pat Conaghan yang meminta agar ada 90 hari larangan perjalanan non-esensial ke dan dari Indonesia.

Dia mengatakan itu adalah sesuatu yang bisa dipertimbangkan, tetapi belum dilaksanakan.

"Industri pariwisata telah melalui kesulitan dan baru saja pulih jadi saya pikir kita perlu mengambil pendekatan hati-hati pada larangan perjalanan. Sesuatu yang bisa kita simpan nanti jika diperlukan," katanya.

Sebelumnya PM Australia menegaskan jika Australia tidak akan menutup perbatasan dengan Indonesia.

Menteri Saunders telah mengunjungi peternakan sapi perah di Bowraville di NSW dan mengatakan petani dapat mengambil tindakan preventif seperti memasang peringatan di gerbang depan lahan pertanian atau perternakan milik mereka.

"Ini pesan yang cukup sederhana yakni menghubungi pemilik properti sebelum Anda memasukinya," katanya.

"Ada bak untuk membasuh kaki yang harus Anda lalui jika Anda mengunjungi tempat produksi olahan susu. Ini merupakan salah satu tindakan biosekuriti yang sangat sederhana, tetapi sangat tepat untuk peternakan."

Pemilik peternakan Bowraville, John Usher, mengatakan industri daging sapi akan benar-benar hancur jika penyakit itu terdeteksi di Australia dan pergerakan ternak dihentikan.

"Setidaknya kita bisa terus memerah susu, meski dengan tantangan," katanya.

"Pada umumnya tantangan datang dari alam atau yang lainnya, dan ini hanyalah salah satunya."

"Sudah biasa petani dan peternak terus bangkit dan menjalani [tantangan itu], tetapi kami membutuhkan bantuan apa pun yang bisa kami dapatkan."

Staf ahli dari Layanan Pertanahan Lokal di Australia akan melakukan serangkaian lokakarya dengan petani dan mengunjungi tempat penjualan ternak untuk membantu peternak mengidentifikasi dan melaporkan tanda-tanda awal penyakit mulut dan kuku dan penyakit penebalan kulit.

PMK menyerang hewan ternak, seperti sapi, kambing, domba, dan babi, sapi.

Wabah ini terdeteksi pertama kali di Indonesia pada bulan Mei dan menyebar ke Bali awal bulan Juli, sehingga memicu kekhawatiran turis bisa membawa penyakit ini ke Australia melalui pakaian atau alas kaki mereka.

Load More