Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 30 Juni 2022 | 14:26 WIB
Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, Bali. [Foto : denpasarkota.go.id]

SuaraBali.id - Wisata sejarah di Bali salah satunya adalah Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau orang setempat menyebutnya Bajra Sandhi. Monumen ini merupakan ikon sejarah Bali.

Monumen ini berdiri megah di tengah kota Denpasar tepatnya di area Niti Mandala, Renon, Denpasar. Tidak hanya menjadi tempat bersejarah, warga pun sering mengunjungi kawasan ini untuk sekadar untuk beraktivitas santai, jalan-jalan, berjualan, berkumpul maupun untuk berolahraga.

Setiap pagi dan sore kawasan Monumen Bajra Sandhi penuh warga dengan aktivitas yang beragam.

Monumen Bajra Sandhi dibangun di atas lahan seluas 13,8 hektare dengan luas gedung 4.900 meter persegi.

Baca Juga: Mayat Bayi Perempuan Dibuang di Selokan Sidakarya Dan Dikerubungi Belatung

Sistem tulang beton cor dan dilapisi dengan batuan andesit (lahar) digunakan pada dinding-dindingnya agar tahan terhadap guncangan.Selain itu juga terdapat jam peninggalan Belanda, tugu kilometer nol dan hotel tertua Inna Veteran Renon.

Filosofi Bajra Sandhi

Pada monumen ini dinamakan Bajra Sandhi karena bentuk monumen ini menyerupai lonceng para pendeta Hindu. Bajra berarti genta atau lonceng besar.

Bagian atasnya terdapat periuk (kumba) yang melambangkan Guci Amerta.

Salah seorang staf Nyoman Subawa yang mengelola monumen ititu mengemukakan genta yang menjulang di bagian atas monumen diartikan sebagai lambang perjumpaan lingga, sisi maskulin dan yoni, sisi feminin.

Baca Juga: Pro Kontra Terminal LNG Sanur, Pengamat Menilai Kekhawatiran Masyarakat Perlu Ditanggapi

Lingga menjadi bangunan utamanya, sementara yoni bangunan dasarnya. Dalam falsafah Hindu, itu merupakan simbol pertemuan purusa (pria) dan radana (perempuan) yang memberikan kesejahteraan bagi kehidupan manusia.

Nyoman Subawa (56) sudah sembilan tahun merawat monumen sejarah Bajra Sandi. Selama itu pula ia telah melayani setiap wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Selain itu, kata Nyoman bangunan ini juga dilandasi oleh kisah pemutaran Mandara Giri yang bersumber dari Kitab Adi Parwa, kisah pertama dalam epos Mahabarata.

Secara singkat, Nyoman mengatakan melalui kisah pemutaran Gunung Mandara, para pencetus monumen Bajra Shandi berpesan kepada generasi muda bahwa keberhasilan hanya dapat dicapai dengan kerja keras, ketekunan, keuletan dan gotong royong. Demikian pula bangunan yang berbentuk segi delapan melambangkan kekuasaan Tuhan yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

Setiap sisi bangunan ini memiliki dasar falsafahnya sendiri-sendiri. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.

Angka tersebut merujuk pada perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah sehingga dapat merdeka pada 17 Agustus 1945.

Secara horisontal monumen itu berbentuk bujur sangkar yang mengacu pada Konsep Tri Mandala.

Pertama, Nista Mandala (jaba sisi) diwujudkan dalam bentuk pelataran luar yang mengelilingi monumen yang dilengkapi dengan jalan setapak, taman, tempat duduk dan lintasan serta lapangan untuk kegiatan olahraga. Kedua, Madia Mandala (jaba tengah) yang berada dilapis kedua diwujudkan dalam bentuk pelataran yang dikelilingi oleh pagar bangunan dilengkapi pintu gerbang (Candi Bentar) pada keempat sisinya. Ketiga, Utama Mandala (jeroan) merupakan inti bangunan yang dikelilingi oleh telaga, jalan setapak dan bale bengong pada setiap sudut.

Secara vertikal, kata Nyoman, bangunan ini mengambil konsep Tri Angga. Pertama, Nistaining Utama Mandala adalah lantai gedung monumen terbawah. Pada bagian ini terdapat ruang informasi, ruang pameran, ruang rapat, perpustakaan, pusat cendera mata dan toilet. Kedua, Madianing Utama Mandala adalah lantai kedua berisi 33 diaroma, yaitu tempat pemajangan miniatur Perjuangan Rakyat Bali dari masa ke masa. Ketiga, Utamaning Utama Mandala adalah lantai teratas dimana wisatawan dapat melihat pemandangan kota Denpasar. (ANTARA)

Load More