SuaraBali.id - Sebuah tempat terkenal di Jembrana, Bali dikenal dengan nama gang jamu karena saking melegenda dan tetap mempertahankan sisi tradisional berjualan jamu.
Uniknya saat berjualan jamu, warga memanfaatkan ruang halaman atau pekarangan di rumah. Meski tidak besar, namun bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman bahan baku jamu.
Diketahui 25 orang yang berjualan jamu di lingkungan tersebut.
Seorang penjual jamu junjung di daerah itu bernama Riami, 70 tahun. Ia tinggal di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.
Baca Juga: Pendemo SMAN Bali Mandara Kesal Anggota Dewan Tak Datang, Gung Budiarta : Ampura
Menurutnya mereka berjualan dengan cara menjunjung atau jamu gendong sejak 22 tahun. Tetangganya, bahkan ada yang sudah berjualan jamu 30 tahun.
Jenis jamu tradisional yang ditawarkan mulai dari kunyit, kencur, dan bluntas, daun sirih dan temulawak. Semua dikerjakan secara tradisional baik dengan menumbuk bahan, kemudian direbus menggunakan kompor, tanpa menggunakan bahan pengawet serta pemanis buatan.
"Kami berjualan dari desa seberang, Desa Kaliakah hingga ke Sumbersari, Melaya, itu pun dijadwalkan bergantian dengan berjalan kaki dan sudah mempunyai pelanggan. Karena tidak bisa bersepeda, maka tetap dilakoni," ungkapnya belum lama ini kepada beritabali.com – jaringan suara.com.
Ia membuat 12 botol jamu dalam sehari yang masing-masing per botol isinya 1,5 liter. Jika dijual per gelas dihargai 2 ribu rupiah. Pelanggan ada juga yang memesan per botol dengan harga 10 ribu rupiah.
"Karena masih tradisional dan minim bahan bawaan maka hasil per hari kisaran 80 ribu rupiah," katanya.
Baca Juga: Tulisan Desa Adat Batusesa Dirusak, Jro Mangku Joniyasa Minta Pelaku Ditangkap
Meski berjualan dari jam 8.00 WITA atau terkadang jika ke Melaya naik bus bisa berangkat jam 9.00 WITA, ia tetap mensyukurinya. Hingga kadang naik ojek kampung, menuju arah para pelanggan sambil berjalan kaki.
Kemudian pulang jam 12.00 istirahat dan jam 14.00 WITA lanjut berjualan di depan rumah lontong cantok.
"Perlu kegigihan dan ulet menjalani hidup tanpa mengeluhkan nasib, lontong cantok dijual sebagai sampingan sambil mengolah bahan jamu. Bahan lontong dibuat sedikit hanya 2 kg. Hidup sendiri setelah 15 tahun ditinggal suaminya yang meninggal, tanpa anak. Sisa hidup dijalankan bersama para tetangganya, senasib berjualan jamu. Unik dan lahir rasa kebersamaan yang selalu terjalin," pungkasnya di sela-sela menawarkan jamunya.
Berita Terkait
-
Sepak Terjang Syakir Sulaiman, Pemain Bali United di Tahun 2017 Kini Jadi Pengedar Narkoba
-
BRI Liga 1: Persib Minta Laga Lawan Bali United Ditunda, Ada Apa?
-
BSSN Warning! 1.200 Sistem Pemerintah Rentan Disusupi Judi Online
-
KPK: Kasus Korupsi LPEI Rugikan Negara Rp1 Triliun
-
Kisah Cinta Donald Trump dan Melania Ikut Disorot, Dari Pertemuan Pertama Hingga Pisah Kamar
Terpopuler
- Mahfud MD Sebut Eks Menteri Wajib Diperiksa Kasus Judol Pegawai Komdigi, Budi Arie Bilang 'Jangan Kasih Kendor'
- Rocky Gerung Spill Dalang yang Bongkar Kasus Judi Online Pegawai Komdigi
- Kejanggalan Harta Kekayaan Uya Kuya di LHKPN KPK, Dulu Pernah Pamer Saldo Rekening
- Berani Sentil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Segini Harta Kekayaan Melly Goeslaw
- Bak Gajah dan Semut, Beda Citra Tom Lembong vs Budi Arie Dikuliti Rocky Gerung
Pilihan
-
Pindad Segera Produksi Maung, Ini Komponen yang Diimpor dari Luar Negeri
-
Petinggi Lion Air Masuk, Bos Garuda Irfan Setiaputra Ungkap Nasibnya Pada 15 November 2024
-
Profil Sean Fetterlein Junior Kevin Diks Berdarah Indonesia-Malaysia, Ayah Petenis, Ibu Artis
-
Kritik Dinasti Politik Jadi Sorotan, Bawaslu Samarinda Periksa Akbar Terkait Tuduhan Kampanye Hitam
-
Bakal Dicopot dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Siapa yang Dirubah Engga Tahu!
Terkini
-
3 Maskapai Kembali Batalkan Penerbangan Karena Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
-
Jelang Debat Kedua, TGB Sholat Jumat Bersama Zulkieflimansyah, Lawan Kakaknya di Pilgub NTB
-
BKSDA Minta Waspadai Kemunculan Ular Piton di Rumah Warga Saat Musim Hujan
-
Anomali Cuaca Ekstrem di Mataram Bisa Terjadi Sewaktu-waktu, Nelayan Diminta Waspada
-
Masyarakat Bali Diajak Periksa Bila Temukan Gejala TBC, Biaya Ditanggung BPJS Dan Global Fund