SuaraBali.id - Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi dan kambing di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) jumlahnya kini tembus mencapai 6.527 ekor.
Jumlah kasus terbanyak ditemukan di Kabupaten Lombok Timur dengan 3.834 ekor, terdiri dari 2.160 ekor masih sakit, 1.625 ekor sudah sembuh dan 49 ekor potong paksa.
Selanjutnya Kabupaten Lombok Tengah dengan 1.489 ekor dengan rincian 789 ekor masih sakit, 699 ekor sudah sembuh dan satu ekor potong paksa.
Kemudian Kabupaten Lombok Barat dengan 1.144 ekor, terdiri dari 1.142 ekor masih sakit, sembuh belum ada dan dua ekor potong paksa.
Untuk Kota Mataram terdapat 48 kasus ternak, masih dalam keadaan sakit dan tidak ada dipotong paksa dan Kabupaten Lombok Utara (KLU) sebanyak 12 ekor.
Sedangkan, untuk Pulau Sumbawa masih nihil kasus.
"Sampai dengan saat ini totalnya sudah 6.527 ekor. Rinciannya 4.151 ekor masih sakit, 2.324 ekor sembuh dan 52 ekor dipotong paksa," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB, drh Khairul Akbar, Jumat (28/5/2022).
Penanganan yang dilakukan sementara dengan pengobatan ternak sakit, isolasi ternak, desinfeksi kandang.
Sementara untuk vaksinasi hewan ternak, Khairul Akbar mengatakan belum dapat memastikan. Karena pihaknya masih menunggu vaksin yang diberikan dari pemerintah pusat.
Baca Juga: Hujan Ringan Diprediksi Guyur Bali Hingga NTB Hari Ini
"Untuk vaksin kita masih menunggu dari pemerintah pusat. Informasi-nya sekitar Minggu kedua di bulan Juni," ujar Khairul Akbar.
Hal ini karena pengiriman vaksin tidak bisa cepat, pasalnya vaksin pada hewan ternak tersebut masih harus di impor dari negara lain
"Di awal ini kita masih impor untuk vaksin. Tapi berikutnya di produksi oleh Pusvetma Surabaya," ujar Khairul Akbar.
Jika sudah diproduksi di tanah air, maka semua populasi hewan ternak bisa di vaksin dua kali dalam satu tahun.
Sebelumnya Sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, Rahmadin menegaskan PMK pada sapi dan kambing gampang disembuhkan dan paling penting tidak berbahaya bagi manusia. Namun, demikian penyebarannya cepat jika tidak cepat ditangani dengan baik.
"Aceh itu begitu kena lima ekor langsung 3.000 ekor besoknya. Begitu juga dengan yang terjadi di Jawa Timur," terang Rahmadin.
Berita Terkait
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Kenawa: Menemukan Kedamaian di Padang Sabana Tengah Laut
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Menuju Fase Rehabilitasi: Pemerintah Pastikan Sekolah, RSUD, dan Pasar di Sumatra Mulai Pulih
-
Mendagri dan Menko PMK Bahas Kebutuhan Masyarakat Aceh Tamiang dan Aceh Timur Pascabencana
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Siapa Saja 12 Tersangka Perusak Gedung DPRD NTB?
-
Bukan Hanya Bantuan Logistik, Intip Program BRI Pulihkan Psikologis Korban Banjir di Sumatra
-
7 Jajanan Khas Bali Paling Dicari Wajib Jadi Oleh-Oleh
-
Liburan ke Bali Makin Irit? Cek Harga Sewa Honda Brio di Sini
-
Sarapan di Atas Air: Intip 5 Tempat Instagramable Floating Breakfast di Bali Mulai Rp 200 Ribuan