Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 17 Mei 2022 | 16:58 WIB
ILUSTRASI - Dokter hewan memeriksa kesehatan hewan sapi di salah satu lokasi peternakan di Jakarta, Kamis (12/5/2022). [ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga]

SuaraBali.id - Penutupan pasar hewan di Desa Batunyala, Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah sempat ricuh.

Pasalnya para pedagang yang membuka lapak-lapak dagangan tidak terima jika pasar ditutup, Sabtu (14/5/2022). Penutupan pasar hewan ini buntut dari merebaknya penyakit kaki dan mulut atau PMK di wilayah Desa Kelebuh, Praya Tengah.

Kepala Dinas Peternakan dan Pertanian Lombok Tengah, Taufikurrahman mengatakan, sabtu lalu pihaknya turun untuk memberikan sosialiasi dan akan melakukan penutupan terbatas. Namun dari pedagang yang membuka  lapak jualan terjadi penolakan dan suasana tidak kondusif.

Pekan depan pasar hewan sudah ditutup dan tidak ada toleransi, sebab pemerintah sudah melayangkan surat.

"Kebijakan minggu kemarin secara persuasif," kata Rahman saat dihubungi suara.com, Selasa  (17/5/2022).

Dinas Pertanian dan Peternakan pun tengah memberikan sosialisasi melalui surat kepada para pedagang yang membuka lapak maupun para saudagar sapi yang akan menjual maupun membeli sapi.

Pihaknya mengaku tidak  mudah menutup pasar hewan, terlebih para saudagar hewan lintas kabupaten dan kota. Akan tetapi demi mencegah penularan PMK, salah satunya menutup pasar hewan selama tiga minggu kedepan.

"Sudah saya tandatangi hari ini kami berikan surat," tegasnya.

Untuk total kasus PMK di Lombok Tengah sekitar 373 dan dalam proses pengobatan 268 ekor. Kasus kematian akibat PMK sejauh ini masih nihil.

"Mudahan-mudahan penyebaran PMK terkendali supaya kita bisa laksanakan ibadah qurban," harapnya.

Kontributor Bali: Toni Hermawan

Load More