Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 30 Maret 2022 | 08:00 WIB
Deris berteduh di dekat Bukit Seger, Mandalika, Lombok sembari Menunggu Pengunjung Untuk Ditawarkan Gelang. [Suara.com/Abdul Goni Ilman Kusuma]

SuaraBali.id - Deris, namanya, seorang anak penjual gelang di Kuta Mandalika yang tersenyum puas dengan hasil penjualannya. Ia mungkin tidak seviral Man yang dibagikan kisahnya oleh pembalap Scott Redding atau mendapat traktiran dari Fabio Quartararo.

Namun barang dagangan yang habis terjual membuatnya tak kalah bahagia. Tersirat dari raut wajahnya saat ditemui di kawasan Bukit Seger Selasa (29/3/22) tadi.

Tepat saat gelaran motoGP 18-20 Maret 2022 kemarin, ia berhasil menjual gelang berkali-kali lipat dari biasanya. Yang semula hanya mampu mengantongi Rp 50 ribu sehari, pada hari pertama Event ia berhasil merogoh kocek hingga Rp 400 ribu.

Pada awalnya hasilnya tidak maksimal, meski begitu ia tak patah arang. Ia mencoba peruntungan dengan berjualan lebih lama dari biasanya.

Barulah kemudian ia dapatkan hasil Rp 400 ribu itu.

Hari berikutnya nominal masuk ke kantong kembali naik Rp 200 ribu. Melihat animo tersebut ia bersama ibunya kemudian menaikkan jumlah barang yang dibawa menuju Kuta Mandalika.

Puncaknya ialah ketika hari terakhir balapan terlaksana.

"Itu paling banyak sampai 900 saya dapet. Di sekitar Kuta," ucapnya dengan bangga.

Anak yang duduk di bangku kelas 4 SD itu mengaku cukup terbiasa menjajakan gelang di area pantai Kuta hingga Bukit Seger. Ia akan mulai berjualan sepulang dari sekolah.

Bersama dengan ibunya, ia berangkat menuju Kuta dari Desa Sade.

"Ibu berjualan di Novotel. Menjual kain kalo di sana," katanya sambil menunjuk arah Novotel.

Gelang-gelang yang dijajakan tersebut merupakan hasil kerajinan ibunya. Sementara ia saat ini masih dalam tahap belajar untuk membuat karyanya sendiri.

Deris terhitung belum lama mulai ikut ibunya berjualan di area Kuta. Tapi ia cepat hafal dengan pola waktu penjualan yang ramai pengunjung untuk ditawari.

"Masih sepi kalo siang, nanti sore baru mulai ramai. Hari libur juga gitu kok," terangnya menggunakan bahasa Sasak.

Hasil jualan yang sangat besar untuk anak seusianya ternyata tidak membuatnya lupa dengan pendidikan. Ia mengaku tidak akan meninggalkan Sekolah walaupun sudah mampu menghasilkan uang dengan nonimal terbilang besar.

"Tetap sekolah. Jualan sesudah sekolah. Waktu libur," ungkap anak yang sudah mulai mampu menyapa pengunjung luar negeri itu.

Kontributor: Abdul Goni Ilman Kusuma

Load More