
SuaraBali.id - Setelah 2 tahun pandemi COVID-19 melanda Pulau Dewata, dua kali malam Nyepi di Bali sepi tanpa ogoh-ogoh dan baleganjur yang diarak ke jalanan. Namun kini atmosfer itu kembali terasa setelah Gubernur Bali Wayan Koster beserta Majelis Desa Adat (MDA) memberi izin untuk pawai ogoh-ogoh di wewidangan banjar.
Hingga akhirnya malam ini, Rabu (2/3/2022)suasana sebelum pandemi Covid-19 melanda kembali terasa saat malam pengerupukan atau malam jelang Nyepi. Meskipun tak semua banjar di Bali membuat dan mengarak ogoh-ogoh.
Pantauan di seputaran jalanan Kota Denpasar suasana hiruk pikuk Pengerupukan, tradisi yang dijalankan masyarakat Hindu Bali begitu kental. Di tiap-tiap banjar rata-rata mulai memamerkan Ogoh-ogoh karya para teruna di pinggir jalan.
Baca Juga: Harmonisasi Budaya dan Keberagaman di Kampung Bali Jelang Hari Raya Nyepi dan HUT Kota Bekasi
Penampakan ogoh-ogoh itu pun menyedot animo masyarakat yang sengaja datang untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh. Mereka rata-rata sudah mempersiapkan diri datag sembari membawa bekal camilan untuk menikmati suasana malam Pengerupukan bersama keluarga dari pinggir jalan.
ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati Sidakarya membuat ogoh-ogoh yang diberi nama Gerubug menjadi yang terbaik di Denpasar. Ogoh-ogoh ini turut diarak.
Persiapan sudah dimulai dari sore hari, masyarakat berduyun-duyun merapat ke sekitar banjar, alat musik tetabuhan, gamelan Bali terus berbunyi sepanjang malam.
Masyarakat Hindu Bali percaya pada saat malam Pengerupukan ogoh-ogoh simbol Bhuta Kala yang diarak kemudian dibakar untuk mengusir energi negatif, kejahatan, membersihkan lingkungan menjelang catur brata penyepian di Hari Suci Nyepi.
Ketua ST Tunas Muda, I Putu Ade Widiantara menjelaskan ogoh-ogoh berwujud sosok perempuan memiliki enam tangan tubuh terbelit rantai yang diarak ini memiliki filosofi tentang COVID-19 yang membelenggu sendi-sendi kehidupan umat manusia selama dua tahun terakhir ini.
Ogoh-ogoh tersebut dibuat dengan bahan ramah lingkungan, seperti arang, sekam, batok kelapa, ijuk, ranting pohon, dan kambennya yang dibuat secara khusus dari masker.
Berita Terkait
-
Bali United Kembali ke Jalur Kemenangan, Stefano Cugurra Incar Happy Ending
-
Ingin Buat Bali United Gigit Jari, PSM Makassar Belajar dari Masa Lalu?
-
Juni 'Mengerikan' Menanti Prabowo: Beban Utang Jatuh Tempo Capai Rp 178 Triliun, Warisan Pandemi
-
Tinggalkan Bali United, Stefano Cugurra Bakal Merapat ke Bhayangkara FC?
-
Stefano Cugurra Hengkang, Bali United Bidik Legenda Real Madrid Jadi Pengganti?
Tag
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jordi Amat
- Sosok Pengacara Paula Verhoeven, Adabnya di Podcast Jadi Perbincangan
- Mobil Bekas Eropa Murah di Bawah Rp50 Juta, Ini Rekomendasinya Lengkap dengan Spesifikasi dan Pajak
- 12 Potret Rumah Mewah Luna Maya: Usung Modern Tropis, Pakai Listrik 33 Ribu Watt
- Ini 5 Rekomendasi Mobil Bekas Daihatsu di Bawah 100 Juta, Pajaknya Murah Meriah
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Gol Sho Yamamoto Bawa Persis Solo Jungkalkan Persita
-
7 Rekomendasi Produk Make Up Lokal BPOM, Murah dengan Kualitas Terbaik
-
Siswa Nakal Jabar 'Disekolahkan' di Barak Militer, Program Mulai Digelar Mei 2025!
-
12 Rekomendasi Mobil Bekas di Bawah Rp100 Juta, Kondisi Oke Tak Bebani Cicilan
-
Link Live Streaming Persis Solo vs Persita Tangerang: Adu Kuat di Stadion Manahan!
Terkini
-
Jenazah Kadek Melly Korban Kecelakaan di AS Akhirnya Dibawa ke Kampung Halaman
-
Penyedia Layanan Kanker Terbesar di Dunia Beroperasi di Bali International Hospital
-
Link DANA Kaget di Akhir Pekan, Ada Uang Jajan Untuk Malam Minggu Siap Diklaim
-
Dedi Mulyadi Geram, Sekolah Ini Hendak Plesir ke Bali Dengan Minta Murid Bayar Jutaan
-
Skandal AI di Universitas Udayana : Mahasiswa Ubah Foto Teman Jadi Vulgar dengan Bot Telegram