Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 24 Januari 2022 | 19:58 WIB
Tayangan video viral di akun media sosial @sekilasbali yang menunjukan toleransi antarumat beragama di SMK TI Global Singaraja, Buleleng. [Tangkapan layar]

SuaraBali.id - Sikap toleransi antarumat beragama ditunjukan dengan indahnya oleh dua siswi yang berbeda agama di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng. Hal tersebut terlihat dalam tayangan video yang viral di media sosial.

Dalam video yang diunggah akun @sekilasbali terlihat seorang siswa berkerudung hitam membawakan dupa kepada seorang temannya yang beragama Hindu sedang melakukan persembahyangan. 

Pada video berdurasi sekitar 24 detik itu, siswi berkerudung tersebut membawakan dupa ketika temannya menghaturkan banten di depan sekolah. Belakangan diketahui, sikap toleransi itu ditunjukan siswa SMK TI Global Singaraja.

Kepala Sekolah SMK TI Global Singaraja Ketut Widi Astawan mengatakan, kedua siswi yang ada di video tersebut merupakan anggota OSIS SMK TI Global Singaraja.

Baca Juga: Ulasan Buku Merajut Damai dalam Kebinekaan, Menguak Pentingnya Toleransi

Siswi bergama muslim itu bernama Sofia, duduk dibangku kelas X Jurusan Multimedia. Sementara siswa yang beragama hindu ialah kakak kelas Sofia, yakni Luh Yastini, duduk di bangku kelas XII Jurusan Akuntansi. 

Ia mengemukakan, video tersebut dibuat tanpa sengaja oleh Wakil Kepala Kesiswaan SMK TI Global Singaraja dan kemudian diunggah di media sosial hingga viral.

"Video itu bukan dibuat-buat. Itu murni sikap toleransi siswa kami. Kami di sekolah memang sangat mengedepankan sikap toleransi," ujarnya, dikonfirmasi Senin (24/1/2022).

Dia menyampaikan sikap toleransi dengan saling membantu walau beda agama memang sudah biasa ditunjukkan siswanya.

"Seperti Hari Raya Saraswati, seluruh siswa baik Hindu maupun nonHindu saling bantu membuat pajegan (banten)," jelasnya. 

Baca Juga: Cinta NKRI? Film Ini Wajib Kamu Tonton Untuk Paham Pentingnya Toleransi

Selain itu, seluruh siswa di SMK TI Global Singaraja mengenakan pakaian adat Bali setiap Kamis. Kebijakan tersebut mengikuti Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tenyang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.

"Yang muslim bisa kombinasi, tetap mengenakan kerudung tapi bawahnya pakai kebaya kamen. Kami tidak memaksakan siswa nonHindu mengenakan pakaian adat bali. Tapi rata-rata semua mau mengenakannya, atas persetujuan orang tua," tutupnya. 

Kontributor: Ahmad

Load More