Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 20 Januari 2022 | 15:13 WIB
ITDC menambah akomodasi kawasan The Nusa Dua Bertambah sebanyak 310 kamar. (Dok. ITDC)

SuaraBali.id - Salah satu rangkaian KTT G20 dan direncanakan bulan Februari 2022 dipindah dari sebelumnya Bali ke Jakarta dengan alasan kesehatan. Hal ini pun menimbulkan pertanyaan dan kekecewaan bagi insan pariwisata di Bali.

Pembatalan ini terungkap dari beredarnya surat Kementrian Keuangan, Panitia Pelaksana pertemuan G20 bidang finance track. No:S-3/G20.33/2022, tanggal 19 Januari 2022, perihal penyampaian informasi pemindahan lokasi kegiatan G20.

Menanggapi hal itu, Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB), Puspa Negara mengatakan dari surat tersebut jelas terlihat adanya inkonsistensi jadwal dan menunjukkan sesuatu yang kurang pada Bali.

"Meskipun kita tahu bahwa kegiatan G20  puncaknya adalah  G20 Leader's Summit 11/2022. Sesuai jadwal Bali mendapat 35 agenda termasuk puncak G20, kota lain mendapat agenda G20 diantaranya, Bogor 2, Surabaya 6, Jogya 14, Solo 1, Jakarta 16, Labuan Bajo 7, Medan 2,  Lombok 7, Manado 4. Jadi untuk Bali berkurang 1 agenda di bulan february 2022. Meski agenda ini termasuk dalam pra KTT G20, menurutnya, tetap saja pembatalan ini memunculkan tanda tanya, kekagetan dan kekecewaan karena sepertinya Bali tidak siap atau Bali sengaja di lemahkan di tengah harapan besar masyarakat bali menyukseskan semua rangkaian KTT  G20 di Bali,” paparnya sebagaimana diwartakan beritabali.com – Jaringan Suara.com.

Bagi APPMB, katanya, sejauh ini untuk suksesnya G20 rakyat Bali begitu bersemangat terlebih insan pariwisata begitu patuh baik terhadap prokes maupun imbauan karena ingin Bali lebih cepat pulih dari keterpurukan ekonomi yang masih berlangsung sampai detik ini.

"Tetapi kenapa jadwal dirubah? Apakah pemimpin Bali tidak berani mempertahankan agenda ini ditengah prestasi tinggi terhadap penanganan covid 19?" katanya, Kamis, 20 Januari 2022 dalam keterangannya.

"Katanya Bali terbaik dalam cegah tangkal covid? Katanya Bali baik baik baik saja? Kenapa ada pergeseran agenda? Tentu ini menimbulkan interpretasi yang beragam terutama kami di pelaku pariwisata merasa dipermainkan oleh kebijakan pusat atau ketidak berdayaan bargaining power pemimpin daerah kami?," imbuhnya.

Perubahan agenda ini, kata dia sangat sensitif bagi Bali karena Bali harus tetap firm dalam tahapan pemulihan. Jika pemindahan itu karna alasan covid19/omicron justru dibanding Jakarta, kasus di  bali jauh lebih sedikit.

Pihak APPBM tetap berharap semua agenda KTT G20 di Bali tidak ada yang dtunda, berubah atau postpone, untuk menjaga stabilitas pemulihan Bali.

“Usul kami, kembalikan jadwal Finance Track G20 ke Bali jangan diubah sebagai wujud menciptakan stabilitas pertumbuhan Pariwisata Bali untuk percepatan recovery,"ujarnya.

Load More