Pada suatu saat di sore hari setelah beberapa hari atau minggu letusan Gunung Agung, ada sekelompok orang dengan tertatih-tatih datang ke Balai Banjar Kawan yang berlokasi persis di depan Rumah Sakit Umum Bangli (saat ini di jalan Kusumayudha Bangli). Setelah saya amati ternyata kebanyakan dari mereka menderita luka bakar seperti kaki melepuh dan ada juga yang sampai ke perut dan pinggang. Keadaan mereka sangat mengenaskan.
Tidak berselang beberapa lama, beberapa kelompok orang yang terdiri anak-anak, dewasa dan orang tua laki dan perempuan juga masuk ke balai banjar.
Pada saat itu balai Banjar Kawan hanya terdapat dua bangunan yang melajur ke barat di tepi jalan dan yang satu lagi bangunan yang sama memanjang dari utara ke selatan. Bangunan tersebut terdiri dari 8 pilar dengan kontruksi bangunan ada balai-balainya yang menyatu dengan pilar-pilar bangunan. Di balai-balai tersebutlah kelompok orang yang akhirnya saya tahu adalah pengungsi dari daerah terlanda lahar letusan Gunung Agung dibaringkan.
Setelah beberapa saat mereka berbaring di balai banjar kemudian dibawa satu persatu ke Rumah Sakit Umum Bangli yang ada persis di depan sebelah selatan balai banjar Kawan.
Perasaan saya sangat miris dan sedih melihat kondisi mereka. Kebanyakan dari mereka mengalami luka bakar akibat terkena lahar panas yang melanda rumah atau desa mereka.
Yang luput dari pengamatan saya adalah mereka dari desa mana, kapan kejadiannya dan bagaimana mereka semua bisa sampai di Bangli. Sungguh memprihatinkan, karena kebanyakan dari mereka mengalami luka bakar yang cukup serius.
Walaupun sudah sebagian besar dibawa ke rumah sakit namun masih banyak yang tetap terbaring di balai banjar. Hal tersebut dikarenakan ruangan yang tersedia di rumah sakit tidak mencukupi.
Beberapa waktu kemudian mulai ada bantuan-bantuan yang masuk baik dari pemerintah pusat di Jakarta maupun organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau negara asing lainnya. Bantuan pada umumnya berbentuk kebutuhan pangan seperti gandum dalam kemasan 50 kilogram, jagung dalam kemasan 50 kilogram, ikan asing dalam kemasan kotak kayu, susu serbuk dalam kemasan 25 kilogram dan 5 kilogram, selimut warna abu-abu dan "zebra", obat-obatan dan kebutuhan lainnya.
Suasana pada saat itu makin hari semakin mencekam. Hari-hari senantiasa diwarnai dengan hujan abu yang sesekali diselingi dengan hujan pasir. Terkadang pula terjadi hujan air rintik-rintik, namun hujan ini bukan hujan air seperti biasa namun hujan ini bisa mengganggu kesehatan khususnya gangguan pada kulit karena air hujan ini bisa membuat kulit gatal-gatal.
Kondisi alam seperti ini membuat masyarakat menjadi terhalang dalam melakukan kegiatan mereka masing-masing. Yang paling terpukul dengan kondisi alam seperti ini adalah di bidang pertanian dimana terjadi gagal panen dimana-mana dan malah banyak petani tidak bisa bercocok tanam karena areal persawahan atau tegalan diterpa dengan pasir dan abu.
Berita Terkait
-
Pertumbuhan Properti Tembus USD142 juta, Bali Masih Jadi Magnet Investor Mancanegara?
-
Bali Larang Air Kemasan Plastik! Langkah Radikal Selamatkan Pulau Dewata dari Tsunami Sampah
-
Untung Rugi Jordi Amat Gabung Persib Bandung atau Bali United
-
Bali United Incar 4 Pemain Timnas Indonesia yang Segera Habis Kontrak di Klub Luar Negeri
-
Media Malaysia: Jordi Amat Diincar 2 Klub Indonesia
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
Terkini
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Suryani, Simbol Kartini Masa Kini
-
Pemprov Bali Juga Larang Distribusi Air Kemasan Plastik di Bawah 1 Liter dari Luar Bali
-
Keluhan dan Harapan Pedagang di Pasar Badung Jika Tas Kresek Dilarang di Bali
-
Hari Pertama Masuk Kerja, Antrean di Sentra Pelayanan Publik Mataram Membludak
-
Bukan Sepak Bola, Bukan Piknik, Tapi WNA Ini Malah Main Golf di Stadion Karangasem