Eviera Paramita Sandi
Selasa, 21 Desember 2021 | 11:05 WIB
Hibatunnur (22), perempuan jamaah Ahmadiyah saat menjadi pengajar bagi anak-anak Ahmadiyah di pengungsian. [Foto : Suara.com / Lalu Muhammad Helmi Akbar]

Sebab memang, tempat Ibah tinggal di Transito tersebut masih jauh dari kata layak. Kamar-kamar yang ada di pengungsian tersebut hanya menggunakan papan kayu sebagai pembatas kamar yang satu dengan yang lain.

"Kami minta itu sih ke Pemerintah. Kita bisa tinggal bebas seperti orang pada umumnya. Jadi kan bisa bertani nanti," katanya.

Cita-cita untuk menjadi petani Milenial pun Hiba kubur dalam-dalam.

"Saya sudah coba melamar pekerjaan di berbagai perusahaan di Kota Mataram. Ini sudah empat kali ngelamar belum dipanggil," cetus Ibah.

Semakin dewasa, perbedaan itu mulai dirasakan lebih melebur. Bahkan Kata Ibah, selama duduk di bangku kuliah ia tidak pernah mendapat perlakuan diskriminatif dari rekan-rekannya.

"Semakin kesini sepertinya semakin bagus sih. Karena saya kira tidak mungkin bisa seragam, pasti ada perbedaan, walaupun misalkan saya Ahmadiyah, saya tidak mempermasalahkan keyakinan orang," katanya.

Setelah lulus bulan Oktober 2021, untuk mengisi waktu senggang Ibah bersama 10 rekan pemuda jamaah Ahmadiyah mulai aktif memberikan pengajian di pengungsian Transito Kota Mataram.

"Selama tidak bekerja, hari Senin sampai hari Kamis, ngajar di Transito, ngajar anak PAUD sampai SD jadi guru ngaji," tuturnya.

Ilmu yang ia dapat dari bangku kuliah dirasa harus bisa memberi manfaat bagi anak-anak di pengungsian Transito.

"Paginya bantu ibu, sorenya ajarkan Alquran ke adik-adik. Ada yang ngajar sejarah islam Bahasa Inggris, dan pelajaran tentang lingkungan," kata Ibah.

Selama mengajar di Transito bersama 10 remaja lainnya, Ibah mendapat dana insentif dari Jamaah Ahmadiyah pusat di Tangerang.

"Iya sebulan itu dapatlah Rp 200 ribu," katanya.

Kini Ibah jadi sangat dibutuhkan oleh anak-anak di pengungsian Transito, Kota Mataram. Namun, Ibah tetap punya mimpi. Ia berharap suatu saat dapat rumah pribadi yang lebih nyaman dan aman untuk ditinggali.

"Tidak seperti di Transito kamar terbatas," ujar dia.

Ibah menitipkan pesan. Ia berharap agar masyarakat tidak membenci jamaah Ahmadiyah.

Load More