SuaraBali.id - 5 hektar tanaman padi petani mengalami puso atau gagal panen karena terdampak bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem yang melanda Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (5/12/2021). Hal ini diungkapkan oleh Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
''Kerugian petani yang mengalami puso mencapai sekitar Rp100 juta lebih. Dengan asumsi satu hektar produksi rata-rata enam ton dan harga satu ton sekitar Rp4 juta," kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Jumat (10/12/2021).
Ada sekitar 15 hektare luas lahan pertanian di Mataram yang terdampak cuaca ekstrem. Dan rata-rata berada di Jalan Lingkar Selatan, Kecamatan Sekarbela.
"Dari 15 hektare lahan yang terdampak, sekitar lima hektar mengalami puso. Sementara sisanya, terpaksa dipanen dua minggu lebih cepat sehingga produksi cenderung berkurang," katanya.
Mutawalli mengatakan, sebanyak lima hektare tanaman padi petani yang mengalami puso tersebut dimiliki oleh 2-3 kelompok petani, dengan jumlah satu kelompok sekitar 12-15 orang.
Sementara untuk menghindari kerugian petani yang terdampak puso, tim penyuluh sudah melakukan pendampingan untuk klaim Asuransi Usaha Tani Pangan (AUTP) ke Jasindo sesuai dengan ketentuan.
"Kalau tidak salah, dengan membayar Rp36 ribu per hektare per sekali tanam, petani bisa mendapatkan Rp6 juta per hektare ketika gagal panen. Jadi, petani yang terdampak puso tidak rugi," katanya.
Lebih jauh Mutawalli mengatakan, para petani di Kota Mataram memang telah disarankan masuk AUTP untuk menghindari kerugian ketika gagal panen.
Namun dari 313 kelompok petani yang ada di Kota Mataram, masih ada yang belum masuk AUTP. Dengan pertimbangan, areal sawah mereka tidak masuk menjadi daerah rawan bencana genangan dan banjir seperti di bagian utara.
"Kalau petani di bagian selatan, kita wajibkan ikut karena kawasan tersebut menjadi kawasan rawan bencana genangan dan banjir sebab kondisi tanahnya yang relatif cekung dan menurunan," katanya. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Kebakaran Lahan di Gunung Rinjani, Jalur Pendakian Senaru Ditutup Sementara
-
Abu Gunung Lewotobi Ganggu Penerbangan, Bandara Lombok Batalkan Puluhan Jadwal Terbang
-
Keren! Ada Inovasi Pangan Padi Biofortifikasi, Ini Manfaatnya untuk Kesehatan dan Proses Menanamnya
-
Peringatan BMKG, Indonesia Diancam Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi
-
Dampak La Nina: Ancaman Banjir dan Longsor Mengintai Indonesia
Terpopuler
- Vanessa Nabila Bantah Jadi Simpanan Cagub Ahmad Luthfi, tapi Dipinjami Mobil Mewah, Warganet: Sebodoh Itu Kah Rakyat?
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Kini Rekening Ivan Sugianto Diblokir PPATK, Sahroni: Selain Kelakuan Buruk, Dia juga Cari Uang Diduga Ilegal
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Adu Pendidikan Zeda Salim dan Irish Bella, Siap Gantikan Irish Jadi Istri Ammar Zoni?
Pilihan
-
Kekerasan di Pos Hauling Paser, JATAM Desak Pencabutan Izin PT MCM
-
Jelajah Gizi 2024: Telusur Pangan Lokal Hingga Ikan Lemuru Banyuwangi Setara Salmon Cegah Anemia dan Stunting
-
Pembunuhan Tokoh Adat di Paser: LBH Samarinda Sebut Pelanggaran HAM Serius
-
Kenapa Erick Thohir Tunjuk Bos Lion Air jadi Dirut Garuda Indonesia?
-
Sah! BYD Kini Jadi Mobil Listrik Paling Laku di Indonesia, Kalahkan Wuling
Terkini
-
Legenda Nasi Tahu Ni Sarti Sukawati: Kuliner Vegetarian yang Selalu Diburu Wisatawan
-
Dari Pos Pengungsian Gunung Lewotobi, Warga Tetap Dukung Dan Semangati Timnas Indonesia
-
Serangan Fajar Pilkada 2024 Diprediksi Beralih dari Tunai Jadi Uang Digital
-
Raja-raja di Bali Minta Bandara Bali Utara Dibangun di Atas Laut
-
Cerita Warga Saat Kejadian Erupsi Gunung Lewotobi, Lari Dan Hanya Ada Pakaian di Badan