Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 02 Desember 2021 | 15:20 WIB
Sampah Plastik di Bali Didominasi Botol Air Mineral 300 Dan 600ml. [Foto : Istimewa]

Gelas plastik sekali pakai. Di Bali, gelas plastik menjadi salah satu penyumbang sampah plastik yang paling buruk.  Dalam laporan ini lebih dari 5.117 gelas plastik yang dikumpulkan.

Sampah kaleng dan logam. Kaleng dan logam dikenal paling mudah didaeur ulang. Dari data yang dikumpulkan, sampah jenis ini menyumbang 1,2% dari toal sampah yang dikumpulkan dalam laporan ini.  kebanyakan mereka adalah kaleng bekas soft drink.

Kantong plastik. Kantong plastik menjadi sampah paling banyak ditemukan di sungai, mencapai 18,1 persen. Plastik warna putih menjadi plastik yang paling mudah didaur ulang dibanding plastik berwarna lain.

Sandal. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa mereka menemukan total 586 sandal dengan mayoritas berwarna hitam,, diikuti biru, hijau, dan pink. Mereka menyebut lebih banyak sandal bagian kiri (513) dibanding bagian kanan (271) buah.

Syrofoam dan Plastik keras. Adapun sampah styrofoam mengisi 0,7 persen dari total sampah yang dikumpulkan, atau sekitar 36kg. Sedangkan plastik keras, dilaporkan berkontribusi sebesar 2,1 persen ( 108kg) dari total sampah yang terkumpul.

Sejarah Sungai Watch

Sungai Watch sejatinya berawal dari sebuah persoalan nyata: membanjirnya sampah plastik di perairan Bali. Bila mau jujur, ini sebenarnya cermin persoalan yang lebih besar di level nasional: Indonesia adalah penghasilan sampah plastik terbesar kedua di dunia, setelah China.

Dalam catatan Bank Dunia, sekitar 187 juta orang Indonesia yang tinggal dalam radius 50 kilometer dari pesisir menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Hampir separuh dari sampah plastik itu berakhir di perairan laut.

Tapi di Bali, urusan jadi lebih pelik. Karena kawasan ini identik dengan turisme.

Kawasan pantai yang seharusnya bersih, indah, dan nyaman, hari-hari belakangan penuh dengan pemandangan botol plastik, saset kemasan, sikat gigi, pempers bayi dan tak terhitung jenis dan ragam produk lainnya, utamanya yang berbahan plastik, kerap terlihat mengapung di perairan laut.

Load More