SuaraBali.id - Belakangan ini pemusik jalanan berbaju adat Bali kerap ditemui di perempatan atau lampu merah di wilayah Bali, seperti halnya Denpasar. Mereka menggunakan ciri khas Bali yaitu menggunakan udeng, saput dan kamen Bali menyalakan musik dengan sound system kecil yang dibawanya.
Fenomena ini dipandang sosiolog Universitas Udayana, Bali Wahyu Budi Nugroho sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Dampak pandemi telah memunculkan berbagai fenomena baru di Pulau Dewata, salah satunya seniman musik jalanan yang menggunakan baju adat Bali.
"Masa pandemi menyebabkan banyak orang berkurang, bahkan kehilangan sama sekali pemasukannya, sehingga menyebabkan mereka melakukan apapun untuk menyambung hidup, boleh jadi salah satunya dengan menjadi seniman musik jalanan," kata Wahyu saat diwawancarai di Denpasar, Bali, Senin (25/10/2021)
Ia mengatakan keberadaan para seniman jalanan dengan pakaian tradisional bisa menjadi penawar kerinduan akan seni dan budaya tradisional yang sudah mulai jarang ditampilkan, terlebih selama masa pandemi.
"Mungkin, kita perlu melihatnya secara lebih arif. Dewasa ini kita dikepung oleh hiburan-hiburan modern lewat televisi, media sosial, atau film-film daring berlangganan," katanya.
Meskipun seniman jalanan yang ditemukan dominan adalah anak muda, menurut Wahyu, hal tersebut tidak jadi masalah, justru jika bisa dikelola dengan baik, ini bisa menjadi daya tarik baru bagi pariwisata.
Wahyu mengatakan keberadaan seniman-seniman jalanan ini nantinya bisa diwadahi melalui paguyuban seniman jalanan agar lebih terorganisasi. Selain itu, juga untuk mereduksi konflik antarseniman jalanan atau dengan masyarakat.
"Yogyakarta misalkan, di objek wisata Malioboro bisa ditemui para seniman musik jalanan dengan peralatan musik tradisional, serta menggunakan pakaian tradisional blangkon dan pakaian batik lurik," katanya.
Sebelumnya, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi mengatakan memang banyak seniman musik jalanan dengan pakaian adat Bali di setiap perempatan.
"Kami sudah upayakan kerja sama dengan dinas sosial. Dinas sosial sudah menyiapkan tempat diklatnya, bahkan pelatihnya dari dinas tenaga kerja, sesuai dengan arahan gubernur. Tapi yang rencananya orang kita mau latih enggak mau," katanya.
Menurutnya, situasi ini masih pro dan kontra di masyarakat. Namun, sebenarnya tidak masalah ada temuan ini, tetapi memang harus ditertibkan karena di sini tidak ada budaya seperti itu. (ANTARA)
Tag
Berita Terkait
-
Warga Desa Jatiluwih Bali Gelar Aksi Protes dengan Tutupi Sawah
-
Prananda Prabowo di Bali, Buka Liga Kampung Soekarno Cup II dengan Doa untuk Korban Bencana
-
Pernah Jebol Argentina, Maouri Ananda Tetap Berlatih Meski Bali United Libur 10 Hari
-
Djakarta Warehouse Project 2025 Hadir dengan 67 Artis dan Pengalaman 10 Hari di GWK Bali
-
Ketika Kuliner Bali Menyatu dengan Alam: Perpaduan Rasa, Budaya, dan Kemurnian
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran