SuaraBali.id - Dalam sejarah Bali, tercatat ada 5 kali perang puputan yang dilakukan rakyat Bali yang mana semuanya adalah usaha rakyat Bali melawan penjajah Belanda. Perang puputan di Bali pertama terjadi pada tahun 1846 dan yang terakhir pada tahun 1946.
Puputan sendiri adalah tradisi masyarakat di Bali yang merupakan tindakan perlawanan habis-habisan sampai mati demi kehormatan tanah air. Istilah ini berasal dari kata "puput" yang artinya "tanggal"/"putus"/"habis/"mati".
Puputan artinya perang sampai mati, dan wajib berlaku untuk seluruh warga yang ada dari semua kasta sebagai bentuk perlawanan, termasuk mengorbankan jiwa dan raga sampai titik darah penghabisan.
Tradisi puputan tidak hanya berlaku bagi pimpinan (dalam hal ini raja) dan prajurit angkatan perangnya saja, tetapi berlaku bagi seluruh rakyat yang berada di seluruh wilayah kerajaan bersangkutan. Bagi mereka yang sudah dinyatakan cukup umur, wajib ikut berperang.
Laki-laki atau wanita, semuanya akan bergabung untuk membela tanah kelahiran mereka dari ancaman pihak yang dianggap telah menginjak-injak harga diri dan kehormatan masyarakat.
Bagi masyarakat yang tidak mau terlibat dalam perang puputan diharapkan pergi sejauh mungkin dari wilayah bersangkutan, sebelum perang dimulai. Namun biasanya tidak banyak warga yang mau menempuh jalan ini, sebagian besar dari mereka akan membela tanah kelahirannya, meskipun mereka tahu pasti akan gugur di medan perang.
Setelah perang puputan selesai, daerah bersangkutan akan menjadi tanah tak bertuan.
Sebelum berangkat ke medan perang, setiap orang diharuskan melakukan persembahyangan di pura keluarga (Pura Pemerajan) untuk mohon diri (Mapamit), pergi ke alam keabadian. Mereka sangat menyadari peta kekuatan musuh tidak mungkin tertandingi.
Itulah sebabnya diumumkan perang puputan. Tetapi mereka adalah patriot yang tentu juga akan banyak membunuh musuh, karena semangat yang berani mati yang sudah tertanam dalam jiwa mereka.
Perang puputan dalam catatan sejarah hanya terjadi pada masa penjajahan Belanda. Sebelumnya, meskipun sering terdengar peperang diantara kerajaan-kerajaan yang ada, belum terdengar adanya perang puputan.
Ini disebabkan oleh etika peperangan masih dijunjung tinggi oleh para pihak yang bertikai. Selain itu persenjataan yang dipergunakan kedua belah pihak berimbang.
Biasanya setelah perang usai, pemimpin dan prajurit yang setia akan mengasingkan diri ke tempat yang agak jauh dari ibukota kerajaan. Rakyat yang kalah pun akan diperlakukan sama seperti rakyat yang memengkan perang dan mereka akan diadopsi sebagai warga kerajaan yang menang perang.
Berbeda dengan pada masa penjajahan Belanda, rakyat Bali harus berhadapan dengan tentara belanda yang telah dipersenjatai dengan senjata modern, seperti senapan, meriam bahkan tank-tank lapis baja.
Sementara prajurit kerajaan serta rakyatnya hanya dipersenjatai keris, tombak bahkan bambu runcing. Rakyat Bali tentu sangat menyadari akan kalah berperang melawan pasukan Belanda. Tetapi kondisi ini tidak membuat rakyat Bali takluk dan menyerah kepada Belanda. Berperang adalah pilihan satu-satunya dan gugur di medan perang adalah hasilnya yang pasti.
Sejarah mencatat terjadi lima kali perang puputan. Kesemuanya merupakan perlawanan heroik rakyat Bali terhadap penjajah Belanda.
Tag
Berita Terkait
-
Melanie Subono Sentil Keras Mason Elephant Park Bali: Gajah Ditunggangi dan Dijadikan Kanvas Lukis
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Melalui Kolaborasi Global di Bali, BKSAP Dukung Penguatan Diplomasi Ekonomi Biru Berkelanjutan
-
Hey Bali Tawarkan Penitipan Barang Gratis Selama 4 Jam, Strategi Bangun Kepercayaan Wisatawan
-
Kemenpar Klarifikasi Isu Larang Airbnb, Ini Fakta Terkait Penataan OTA di Bali
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
Terkini
-
Apa Jasa Raden Aria Wirjaatmadja bagi BRI? Begini Kisahnya
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu