Lanjutnya, saat itu nama dari Lembaga yang dibangun adalah Pondok Yatama yang artinya tempat tinggal untuk anak-anak yatim. Nama ini memang sudah direncanakan sebelumnya untuk memberikan kesan khusus.
Saat itu, keadaan dan kondisi memang sangat susah apalagi dengan jarak ke Kota Tabanan yang sangat lumayan jauh. Kemudian, dari waktu ke waktu keakraban dengan warga sekitar sedikit demi sedikit terjalin hingga akhirnya merasa seperti menjadi keluarga.
Bahkan, sering kali warga sekitar membantu dalam hal bahan pokok makanan seperti contohnya sayuran.
“Jadi sejak saat itu memang kita sudah melakukan apa yang dilakukan seperti biasanya. Dan sejak itu juga, persaudaraan Hindu dengan Islam di lembaga kami sudah sangat baik. Itu tidak kami rencanakan namun merupakan pertemuan dan masih terjalin hingga saat ini,” lanjutnya.
Selanjutnya, mereka kemudian semakin berkembang dan dua tahun kemudian atau pada tahun 1993 jumlah santri sudah bertambah sekitar 300 %. Sehingga hal ini membuat rumah dengan luas sekitar 2 are ini tidak cukup untuk menampung para santri. Kelanjutannya I Ketut Djamal mulai mencari lahan yang cocok untuk membangun ponpes yang layak.
Ketut Djamal yang dibantu dengan salah satu tokoh setempat memutuskan untuk membeli lahan yang berada di Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan atau yang ditempati saat ini.
Setidaknya, proses pembelian lahan ini terjadi dalam dua tahun untuk lahan yang luasnya hampir 1 hektare ini. Sambil menunggu proses tersebut, aktivitas para anak yang tergabung dalam keluarga Pondok Yatama ini berjalan seperti biasa.
Ada yang sekolah di SD negeri, SMP Negeri, hingga SMA/SMK terdekat. Kemudian, pada 1996 para santri begitu juga dengan pendiri Lembaga akhirnya pindah ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani.
“Jadi tahun 1996 itu kita mulai pindah dengan jalan kaki. Saat pindah juga warga sekitar sangat antusias menyambut kami,” kenangnya.
Rajutan keakraban itu berlanjut, semenjak baru pindah respons dari masyarakat sangat positif bahkan pesantren sering mendapat kunjungan. Sejak saat itu, Pondok ini juga terus berkembang setiap tahunnya, dari jumlah santri yang awalnya hanya 40 orang berkembang menjadi 100 hingga 200 orang santri.
Berita Terkait
-
Rute Baru AirAsia yang Dinanti Wisatawan: Adelaide ke Bali Kini Tanpa Transit
-
Bule Telanjang Dada di Bali Ngamuk Buat Pasien Takut, Baru Sadar Ketika Polisi Datang
-
Fuji Tertarik Beli Vila di Bali, Ngaku Awalnya Cuma Bercanda tapi...
-
Kebijakan Sampah di Bali Tuai Protes: Larangan Minuman Kemasan Ancam Industri Daur Ulang?
-
Pemprov Bali Disarankan Belajar Kelola Sampah dari India, Adupi: Kebijakan Melarang Bukan Solusi
Tag
Terpopuler
- Jerman Grup Neraka, Indonesia Gabung Kolombia, Ini Hasil Drawing Piala Dunia U-17 2025 Versi....
- Kiper Belanda Soroti Ragnar Oratmangoen Cs Pilih Timnas Indonesia: Lucu Sekali Mereka
- Jabat Tangan Erick Thohir dengan Bos Baru Shin Tae-yong, Ada Apa?
- TIPU UGM Daftarkan Gugatan Dugaan Ijazah Palsu Jokowi ke Pengadilan
- Rebut Mic dari Pengacara, Adab Lisa Mariana Kena Sentil Psikolog: Emang Ini Sinetron?
Pilihan
-
Massa Dikabarkan Geruduk Rumah Jokowi Soal Ijazah Palsu, Hercules: Itu Asli, Jangan Cari Masalah!
-
Koster Minta Dinas Pertanian Bali Belajar ke Israel : Jangan Gitu-Gitu Aja, Nggak Akan Maju
-
Tanpa Tedeng Aling-aling, Pramono Sebut Bank DKI Tidak Dikelola Profesional: Banyak Kasus Terus!
-
5 HP Murah Mirip iPhone 16: Harga Mulai Sejutaan, Bikin Orang Terkecoh!
-
Kiprah La Nyalla Mattalitti Saat Geger Geden PSSI Kini Rumahnya Digeledah KPK
Terkini
-
Koster Minta Dinas Pertanian Bali Belajar ke Israel : Jangan Gitu-Gitu Aja, Nggak Akan Maju
-
Cerita Jessica Iskandar yang Akhirnya Punya Anak Perempuan dari Vincent Verhaag
-
Bule Ngamuk di Klinik Pecatu Mengaku Merasa Berada di Alam Lain
-
Lebih Senior 10 Tahun, Maxime Bouttier Kaget dengan Gaya Hidup Tak Biasa Luna Maya
-
Kemenperin Minta Bali Koordinasi Soal Pelarangan AMDK, Koster : Nggak Perlu, Ini Kewenangan