Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 16 Oktober 2021 | 17:43 WIB
Pohon Kayu Putih, Desa Bayan, Tabanan, Bali

SuaraBali.id - Objek Wisata Kayu Putih di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali selain menyimpan sisi magis sebagai tempat wisata spiritual. Banyak yang mengunjungi tempat ini untuk meditasi tapi ada juga yang digunakan untuk sekadar berekreasi.

Seperti dilansir Beritabali.com - Jaringan Suara, ada sisi lain dari pohon raksasa di Desa Tua, Tabanan adalah cerita-cerita mistis yang tersebar. Pohon ini memang terkesan cukup angker, bahkan warga sekitar terkadang mendengar alunan suara gamelan gender yang bersumber dari pohon raksasa tersebut.

Mereka pun mengaitkannya dengan keberadaan perangkat musik dan juga alat-alat perang pada jaman kerajaan masa lampau yang ditimbun di bawah pohon tersebut, sehingga menambah kesan mistisnya. Bahkan pohon raksasa tersebut menjadi tempat meditasi bagi mereka para penekun spiritual.

Belum ada yang mengetahui secara pasti nama dari pohon raksasa tersebut, ada yang menyebutnya sebagai pohon Kayu Putih, karena memang batang pohonnya berwarna putih.

Ada juga menyebut dari jenis pohon beringin lantaran dikaitkan dari nama banjar dari lokasi pohon tersebut yaitu di Banjar Bayan.

Bayan yang dalam bahasa latin disebut 'Ficus' sejenis dengan pohon beringin. Di kawasan ini juga terdapat Pura Babakan yang dibangun pada jaman Raja Perean.

Nama babakan sendiri dikaitkan dengan kulit kayu yang disayat dan dijadikan obat. Pohon raksasa tersebut pun sudah ada sebelum Pura Babakan tersebut dibangun.

Pengelola Objek Wisata Kayu Putih yang juga sebagai Penyarikan Pura Babakan, I Made Kurna Wijaya mengatakan objek wisata yang terkenal dengan Pohon Kayu Putih menjulang tinggi, besar dan kokoh ini telah berumur 700 tahun, tinggi 75 meter, berdiameter kurang lebih 60 meter. Pohon tersebut terletak tepat di belakang Pura Babakan.

"Ini dari penelitian yang sempat dilakukan sebelumnya," katanya  saat ditemui di lokasi.

Menurut penuturannya, pengunjung yang datang selain melakukan meditasi di hari-hari tertentu juga menjadi tujuan untuk mengabadikan momen untuk berswafoto atau sefie. 

"Selain bisa menikmati wisata Spiritual para pengunjung juga bisa melakukan dan menikmati tracking dengan view hamparan persawahan disini," sebutnya.

Semenjak dibuka sebagai objek wisata, lanjutnya, keberadaan pohon ini telah memberi dampak positif pada perekonomian masyarakat sekitar. Meski demikian, di situasi pandemi ini terasa terjadi penurunan.

"Tentu kunjungan di tengah Pandemi tetap diatur atau mengikuti protokol kesehatan agar tidak menimbulkan kerumunan," terangnya.

Load More