SuaraBali.id - Ubud merupakan sebuah desa di Bali yang sudah dikenal dunia internasional. Nama besar Ubud pun bahkan pernah masuk dalam film intenasional seperti Eat Pray Love yang dibintangi Julia Roberts. Sesungguhnya Ubud tidaklah berbeda dengan desa-desa lainnya di Bali namun mengapa Ubud sangat tersohor? Ada apa di balik Ubud?.
"Saya pribadi akan sedikit membagi cerita dari apa yang saya ketahui dari cerita nenek saya, dari buku-buku sejarah, buku-buku penelitian, maupun dari pengalaman pribadi saya, saya akan menyampaikan ringkas cerita seperti ini," ujar warga asli Ubud Anak Agung Bagus Ari Brahmanta. Cerita tentang Ubud ini disampaikan Agung pada acara Art, Culture, Culinary, Community Gathering kepada Beritabali.com – jaringan SuaraBali.id.
Awal kata "Ubud"
Pada abad ke 7 telah datang seorang pendeta yang bernama Markendya beserta pengikutnya yang sebenarnya beliau sebelumnya pernah tinggal di Dataran Dieng, Jawa Tengah. Beliau datang ke Bali melalui Sungai Wos. Perjalanan beliau terjadi 2 kali. Perjalanan pertama mengalami kegagalan karena banyak pengikut beliau yang meninggal. Setelah itu, beliau kembali ke Jawa dan melakukan meditasi di Gunung Raung, Jawa Timur.
Selanjutnya beliau berusaha kembali ke Bali dengan pengikutnya dengan melakukan upacara ritual secara berantai di beberapa pura seperti Pura Gunung Lebah Ubud, Pura Pucak Payogan Ubud, Pura Gunung Raung di Taro sampai akhirnya beliau bisa melaksanakan ritual di kaki Gunung Agung yang dikenal dengan nama Besakih saat ini. Dari perjalanan beliau inilah, kata "Ubud" ini disebutkan yang berasal dari kata "Ubad".
Pada saat itu konon ceritanya dalam perjalanan beliau, pengikutnya banyak yang sakit. Namun sesampainya di desa ini banyak yang sembuh setelah melakukan ritual penyucian diri di Sungai Wos Campuhan Ubud, di tempat berpadunya dua aliran sungai yang dinamakan secara spiritual Silukat dan Sudamala. Untuk diketahui dalam prasasti di Bali sebelumnya, baik pra sejarah atau purbakala maupun dalam dinasti Kudungga yang sudah di Bali pada abad ke 4 dan dinasti Warmadewa, tidak disebutkan kata "Ubud".
Ubud Pada Abad ke-14
Pada abad ke 14 Ubud disebutkan pada saat tampuk pemerintahan kerajaan Dalem Waturenggong, Adipati pada saat zaman pemerintahan Majapahit, pejabat yang ditempatkan oleh Raja yang beristana di Gegel untuk menguasai wilayah Ubud, dinamakan Gusti Ubud.
Masa Kerajaan Mengwi
Pada abad ke-16 setelah perubahan pusat pemerintahan dari Gegel dan pusat pemerintahan baru di Semarapura Klungkung, yang tetap dinasti Sri Aji Kepakisan di bawah kekuasaan di Bali, Raja I Dewa Agung Jambe dan di Bali tumbuh kerajaan kecil setelah runtuhnya kerajaan Gegel. Salah satunya adalah kerajaan Mengwi, Ubud, yang menjadi wilayah kerajaan Mengwi dimana wilayahnya sampai ke Pekerisan.
Pengaruh Dinasti Sukawati Dinasti Sukawati tumbuh pada abad 17 setelah salah satu putra beliau dari dinasti Sri Aji Kepakisan di Semarapura Klungkung dalam cerita dapat mengalahkan Ki Balian Batur yang meruntuhkan Kerajaan Mengwi sehingga beberapa wilayah Kerajaan Mengwi berada di bawah kekuasaan Dinasti Sukawati dengan Raja I Dewa Agung Anom Sukawati membawahi wilayah utara Taro, barat Sungai Wos, timur Pekerisan dan selatan Pantai Ketewel. Salah satu putra dari Raja Sukawati ini membangun kerajaan kecil di Desa Peliatan yang membawahi Ubud. Putra-putra dari kerajaan kecil Peliatan ini membangun puri-puri sebagai penguasa wilayah beberapa desa seperi jabatan manca dan punggawa.
Pada abad ke-18 Ubud menjadi kerajaan kecil di bawah pengausa yang bernama Tjokorde Gede Sukawati. Di sinilah nama Ubud mulai popular karena kiprah beliau menundukkan kerajaan kecil di sekitarnya sehingga Ubud bisa ikut serta menundukkan Mengwi bersama kerajaan Badung atas perintah Kerajaan Klungkung sehingga wilayah Ubud menjadi lebih luas pada akhir abad 18 (buku The Spell of Power, 1650-1940, Henk Schulte Nordholt, KITLV Press, 1996).
Pemerintahan Hindia Belanda
Terpecahnya Bali menjadi kerajaan kecil dan saling perang antarkerajaan memudahkan pemerintah kolonial Belanda memasuki Bali. Pertama melalui pelabuhan di Buleleng dikenal dengan Perang Puputan Jagaraga. Kerajaan Buleleng bisa dikuasai. Kedua Perang Kesumba untuk menguasai Klungkung tidak berhasil. Melalui Perang Puputan Badung tahun 1906 Belanda menguasai kerajaan Badung, salah satu kerajaan tangan kanan dari kerajaan Bali berpusat di Klungkung dan pada tahun 1908 kerajaan terbesar di Bali bisa dikuasai oleh Perang Puputan Klungkung. Memasuki era pemerintahan Belanda ini kerajaan di Bali diatur oleh Belanda. Tentunya raja-raja diatur oleh Belanda sehingga pada saat itu Ubud menjadi keponggawaan di bawah kekuasaan Raja Gianyar.
Pendidikan Era Belanda
Berita Terkait
-
Alfeandra Dewangga ke Bali United? Bojan Hodak Ungkap Hal Mengejutkan
-
Bintang Film Dewasa Bonnie Blue Ditangkap di Bali, 19 Kostum Tematik Disita
-
Warga Desa Jatiluwih Bali Gelar Aksi Protes dengan Tutupi Sawah
-
Prananda Prabowo di Bali, Buka Liga Kampung Soekarno Cup II dengan Doa untuk Korban Bencana
-
Pernah Jebol Argentina, Maouri Ananda Tetap Berlatih Meski Bali United Libur 10 Hari
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
- 5 Rekomendasi Mobil Tua Irit BBM, Ada yang Seharga Motor BeAT Bekas
Pilihan
-
Belum Sebulan Diluncurkan, Penjualan Toyota Veloz Hybrid Tembus 700 Unit
-
Kekayaan dan Gaji Endipat Wijaya, Anggota DPR Nyinyir Donasi Warga untuk Sumatra
-
Emiten Adik Prabowo Bakal Pasang Jaringan Internet Sepanjang Rel KAI di Sumatra
-
7 Sepatu Lari Lokal untuk Mengatasi Cedera dan Pegal Kaki di Bawah 500 Ribu
-
Klaim Listrik di Aceh Pulih 93 Persen, PLN Minta Maaf: Kami Sampaikan Informasi Tidak Akurat!
Terkini
-
Bukan Hanya ATM, AgenBRILink Jadi Layanan Andalan BRI untuk Tembus ke Daerah Pelosok
-
BRI Perkuat UMKM Difabel Lewat Pelatihan Administrasi dan Wirausaha
-
Kapasitas Tempat Pembuangan Sampah di Lombok Barat Menipis
-
Sinergi Perusahaan Anak Dorong Kinerja BRI Tumbuh Solid pada Triwulan III 2025
-
Investor Muda Bali Serbu Bursa Saham: 1 dari 3 Investor Baru Berusia 18-25 Tahun