SuaraBali.id - Kilas balik sejarah kelam Gerakan 30 September 1965 di Bali ini dimuat secara bertahap di SuaraBali.id. Seperti dari nukilan kenangan Putu Setia, dan seterusnya. Kali ini adalah perseteruan dua partai politik terkenal. Yaitu Pantai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di awal 1965, Universitas Marhaen di Singaraja kedatangan dosen tamu dari Jember, Profesor Utrecht. Beliau menyampaikan keprihatinan soal maraknya aksi demonstrasi di Denpasar yang silih berganti dilakukan PNI dan PKI.
Dikutip dari Beritabali.com, jaringan SuaraBali.id, terjadi penangkapan atas Wedastra Suyasa di Lapangan Puputan Badung, di tengah penyelenggaraan rapat akbar Front Nasional.
Saat itu hadir ribuan massa dari semua partai Nasakom seperti PNI, PKI, Masyumi, NU, dan partai lainnya. Sementara para pejabat panca tunggal mulai jaksa, hakim, polisi, panglima, gubernur, lengkap hadir di acara ini.
Baca Juga: Jawa dan Bali Masih Penyumbang Kasus Covid-19 Terbesar, Apa Sebab?
Tujuan rapat untuk menggelorakan semangat ganyang Malaysia yang dianggap boneka Nekolim (Neokolonialisme) yang saat itu sedang dikobarkan Presiden Soekarno.
Yang pertama naik mimbar untuk berpidato adalah wakil PNI, sebagai partai terbesar pasca pemilu 1955. Wedastera Suyasa mewakili PNI naik ke podium. Dengan lantang ia mulai berpidato.
"Saudara-saudara, kita satukan tekad mengganyang Malaysia! Tapi tahukah Saudara, ada petani di Jatiluwih (Tabanan) yang kopinya belum matang untuk dipanen namun keduluan dipetik orang Nasakom BTI? Bulan Maret, Nyoman Gedur di Mendoyo Jembrana dibunuh, lalu di Klungkung I Parlemen dibunuh, pelakukanya adalah mereka yang mengaku paling revolusioner!"
Mendengar pidato Wedastera yang memerahkan kuping kader PKI, Gubernur Suteja segera naik ke atas panggung.
Dia memeringatkan Wedastera dan mencoba menarik mikrofon dari tangannya. Terjadi saling tarik dan saling rebut di atas podium, sampai tentara turun tangan mendamaikan.
Setelah rapat itu, Wedastera langsung dibawa ke Kodam dan ditahan di penjara Pekambingan.
Baca Juga: Kustomisasi Yamaha XSR 155, Empat Karya Yard Built Bali Ini Menginspirasi
Karena desakan massa PNI yang minta dia dibebaskan, Wedastera dikirim ke Jakarta menjadi tahanan Kejaksaan Agung.
Berita Terkait
-
Kebijakan Sampah di Bali Tuai Protes: Larangan Minuman Kemasan Ancam Industri Daur Ulang?
-
Pemprov Bali Disarankan Belajar Kelola Sampah dari India, Adupi: Kebijakan Melarang Bukan Solusi
-
Nikmati Perjalanan Seru di Bali dengan Quad Bike
-
Berniat Rayakan Galungan di Bali: 3 Aktivitas Ini Bikin Kamu Makin Dekat dengan Budaya Lokal
-
Liga 1: Dewa United Bertekad Gagalkan Misi Bangkit Bali United, Mampukah?
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Momen Timnas Indonesia U-17 Gendong ASEAN Jadi Pembicaraan Media Malaysia
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
Terkini
-
Dengan Pendanaan BRI, Warung Makan Bu Sum di Beringharjo Makin Berkembang dan Laris
-
Dishub Bali Bingung, Sebut Rencana Kapal Cepat Banyuwangi Denpasar Baru Sepihak
-
Obat Rindu, Para Dokter di Hospital Playlist Akan Muncul di Resident Playbook
-
Ada Bus Listrik Baru dari Korea Selatan Untuk Bali, Bagaimana Kabar Bus Merah TMD?
-
UMKM Asal Sidoarjo Ini Sukses Tembus Pasar Ekspor Berkat Pemberdayaan BRI