Scroll untuk membaca artikel
Dythia Novianty
Minggu, 05 September 2021 | 11:32 WIB
Ilustrasi prosesi Ngaben di Denpasar. [ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana]

SuaraBali.id - Pandemi Covid-19 ikut memengaruhi kebiasaan masyarakat Bali, termasuk upacara Ngaben yang ternyata berdampak pada para pengrajin Wadah atau Bade.

Ketut Bagia, salah seorang pengrajin Wadah atau Bade asal Desa Kekeran, Badung, Bali menjadi salah satunya, dilansir dari Berita Bali, Minggu (5/9/2021).

"Sangat berpengaruh pada permintaan Bade saat Pandemi ini karena pelaksanaan ngaben tidak begitu banyak orang melakukan dikarenakan akan menimbulkan keramaian," ujarnya.

Dia menambahkan, krama lebih cenderung memilih melakukan kremasi pada jenazah sehingga permintaan Wadah secara langsung ikut berdampak.

Baca Juga: Dihantam Masalah Keluarga, Ibu Rumah Tangga Ini Berencana Loncat dari Jembatan

"Menurunlah, apalagi sekarang sebagian besar krama lebih memilih kremasi.Dengan kondisi tersebut membuat permintaan wadah menggalami penurunan mencapai 50% dibandingkan sebelumnya," ujarnya.

Saat pesanan masih lancar, ia mengaku sempat menerima pesanan dari beberapa daerah mulai dari Mambal, Samu, Kediri, Abiantung bahkan sampai melayani pesanan ke Nusa Penida dan ke Lombok.

Pengrajin yang mengaku telah berkecimpung selama 12 tahun memuat Wadah ini menambahkan, harga rata-rata bade yang dipesan krama beragam mulai dari Rp 1,5 juta atau lebih. Tentu, lanjutnya, semua tergantung dari payas masing-masing Wadah tersebut.

"Sebelumnya sampai kewalahan dalam melayani pesanan dengan variasi pilihan harga dan payas," ucapnya.

Meskipun sepi pesanan, Bagia mengaku tetap semangat beraktivitas untuk menambah stok di tempat usahanya tersebut.

Baca Juga: Aplikasi Transportasi Online BAGO, Inovasi Kabupaten Badung di Masa Pandemi COVID-19

Load More