Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Sabtu, 19 Juni 2021 | 17:02 WIB
Kekinian Ada Covid-19, Sejarah di Bali Mencatat Sakit "Grubug" di Masa Lampau
Ritual Bali penolak bala termasuk wabah sudah dikenal dari masa lampau [BeritaBali.com].

Terjadinya serangan cacar dan kolera ini tak pelak menimbulkan kekacauan. Terlebih lagi bencana tanah longsor, gagal panen dan kekeringan juga turut memberikan dampak buruk. Situasi ini membuat peperangan antarkerajaan untuk memperebutkan suatu daerah kekuasaan sempat terhenti sejenak.

Di awal abad ke-20, manakala hegemoni kekuasaan Belanda mulai ditancapkan, "grubug" juga kembali menghampiri Bali.

Epidemi penyakit yang sering mengganggu kesehatan masyarakat saat ini yakni disentri dan malaria yang terjadi pada masyarakat Karangasem.

Ida Bagus Gde Putra dalam tulisannya berjudul "Perubahan Perilaku Penanggulangan Kesehatan Masyarakat di Bali pada Medio Abad ke-19 dan Awal Abad ke-20" yang dimuat dalam jurnal ilmu sejarah Tantular Nomor 1 tahun 2004 menyebutkan terjangkitnya wilayah Bali dengan wabah penyakit ini disebabkan terjadinya musim kemarau di beberapa daerah.

Baca Juga: Wisata Bali: Menunggu Pintu untuk Wisman Dibuka Kembali

Di Gianyar, epidemi malaria dan disentri dari 1933 - 1934, menurut IB Putra, jarang terjadi karena Raja Gianyar telah melakukan vaksinasi terhadap rakyatnya melalui kerja sama dengan pemerintah Belanda.

Tingginya penyebaran penyakit lepra sampai memaksa pemerintah Belanda mendirikan leprasium di daerah Siyut untuk menampung dan merawat sebanyak 144 pasien lepra. Penderita lepra yang dirawat di Desa Siyut bukan hanya dari kalangan masyarakat Gianyar saja, akan tetapi penderita juga berasal dari Klungkung yang berbatasan dengan desa itu. Belanda memberikan subsidi biaya perawatan sebesar f 2,50 per bulan dan kekurangannya ditanggung kas daerah di Klungkung dan Gianyar.

Di Badung juga terdapat 300 penderita lepra yang masih terisolasi. Pendirian tempat perawatan penderita lepra di Badung masih mengalami hambatan. Hal ini terutama akibat persepsi masyarakat yang menganggap orang yang menderita penyakit lepra sebagai orang yang harus disisihkan. Mereka disebut mengidap "sakit gede". Ketika mereka meninggal makamnya pun dibedakan.

Load More