
Terjadinya serangan cacar dan kolera ini tak pelak menimbulkan kekacauan. Terlebih lagi bencana tanah longsor, gagal panen dan kekeringan juga turut memberikan dampak buruk. Situasi ini membuat peperangan antarkerajaan untuk memperebutkan suatu daerah kekuasaan sempat terhenti sejenak.
Di awal abad ke-20, manakala hegemoni kekuasaan Belanda mulai ditancapkan, "grubug" juga kembali menghampiri Bali.
Epidemi penyakit yang sering mengganggu kesehatan masyarakat saat ini yakni disentri dan malaria yang terjadi pada masyarakat Karangasem.
Ida Bagus Gde Putra dalam tulisannya berjudul "Perubahan Perilaku Penanggulangan Kesehatan Masyarakat di Bali pada Medio Abad ke-19 dan Awal Abad ke-20" yang dimuat dalam jurnal ilmu sejarah Tantular Nomor 1 tahun 2004 menyebutkan terjangkitnya wilayah Bali dengan wabah penyakit ini disebabkan terjadinya musim kemarau di beberapa daerah.
Baca Juga: Wisata Bali: Menunggu Pintu untuk Wisman Dibuka Kembali
Di Gianyar, epidemi malaria dan disentri dari 1933 - 1934, menurut IB Putra, jarang terjadi karena Raja Gianyar telah melakukan vaksinasi terhadap rakyatnya melalui kerja sama dengan pemerintah Belanda.
Tingginya penyebaran penyakit lepra sampai memaksa pemerintah Belanda mendirikan leprasium di daerah Siyut untuk menampung dan merawat sebanyak 144 pasien lepra. Penderita lepra yang dirawat di Desa Siyut bukan hanya dari kalangan masyarakat Gianyar saja, akan tetapi penderita juga berasal dari Klungkung yang berbatasan dengan desa itu. Belanda memberikan subsidi biaya perawatan sebesar f 2,50 per bulan dan kekurangannya ditanggung kas daerah di Klungkung dan Gianyar.
Di Badung juga terdapat 300 penderita lepra yang masih terisolasi. Pendirian tempat perawatan penderita lepra di Badung masih mengalami hambatan. Hal ini terutama akibat persepsi masyarakat yang menganggap orang yang menderita penyakit lepra sebagai orang yang harus disisihkan. Mereka disebut mengidap "sakit gede". Ketika mereka meninggal makamnya pun dibedakan.
Berita Terkait
-
Jelang Nikah, Luna Maya Akui Dilamar Orang Lain Sebelum Maxime Dan Punya Anak Angkat
-
Bukan Pertama Kali Bali Blackout, Waktunya Mandiri Dengan Energi Terbarukan?
-
Hari Raya Waisak untuk Agama Apa? Ini Sejarah dan Makna Mendalamnya
-
Bali Blackout, Istana Sampaikan Permohonan Maaf, Pastikan Pasokan Listrik Pulih Bertahap
-
Senandung Kristal, Aroma Matcha, dan Suara Jiwa: Gdas Bali Hadirkan Healing Holistic di Jakarta
Terpopuler
- Selamat Tinggal Denny Landzaat, Bisa Cabut dari Patrick Kluivert
- Selamat Datang Pascal Struijk di Timnas Indonesia, Ini Bisa Bikin China Ketar-ketir
- 5 Motor Bekas Murah Harga Rp2 Jutaan: Semurah Sepeda Listrik, Mesin Bandel
- CEK FAKTA: Link Rekrutmen Koperasi Desa Merah Putih, Gaji Capai Rp8 Juta
- 7 Rekomendasi Sunscreen Korea Terbaik Dunia, Tersedia di Indonesia
Pilihan
-
Dilepeh Ajax, Simon Tahamata Kirim Sinyal Mau Jadi Dirtek Timnas Indonesia?
-
Tunda Pesta Juara Persib! Malut United Bongkar Cara Jinakkan Maung Bandung
-
Bali Blackout, Update Terkini Listrik di Pulau Dewata Padam
-
Sekolah Perintis Peradaban Magelang: Mengajar Anak Menjadi Tuan atas Diri Sendiri
-
Prabowo Bakal Kenakan Tarif Pajak Tinggi Buat Orang Kaya RI
Terkini
-
Link DANA Kaget Rezeki Awal Bulan, Siapkan Untuk Ambil Promo Gajian
-
Dorong Produk Lokal, BRI Giat Dukung UMKM Gula Aren Menjawab Tren Konsumen
-
Di Balik Kejadian Bali Blackout yang Menyebabkan Berbagai Kekacauan
-
Taburan Link DANA Kaget di Malam Minggu, Budget Ngopi Aman Terkendali
-
Kota Mataram Darurat Sampah, Bau Busuk Dimana-mana Jadi Keluhan