Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 11 Juni 2021 | 08:45 WIB
Tradisi Ngurek (Youtube Bali news)
Gebug Ende Seraya (Youtube puja astawa)

Gebug Ende terdapat di desa Seraya Kecamatan Karangasem, Gebug Ende juga disebut dengan perang rotan.

Tradisi ini biasanya dimainkan saat memasuki musim kemarau hingga berlangsungnya musim kemarau. Secara geografis desa Seraya memiliki tanah yang tandus apalagi pada musim kemarau, sehingga dilakukan tradisi Gebug Ende untuk memohon hujan.

Pemain Gebug Ende akan memukulkan rotan pada tubuh lawan secara berulang kali.

Meskipun tubuhnya terekana pukulan rotan, mereka merasa gembira saling menari-nari kegirangan.

Baca Juga: Lorens Parera, Pria Papua Bunuh Bule Andriana Simeonova di Bali Dituntut 20 Tahun Penjara

Dalam pelaksanaan ritual ini pemain memiliki senjatta berupa rotan dengan pajang sekitar satu meter, dengan alat penangkis sebuah perisai tengah 60 cm terbuat dari lapisan kulit sapo kering yang terikat pada bingkai kayu.

Masyarakat yakin apabila pemain Gebung Ende sampai mengeluarkan darah , dipercaya hujan akan segera turun

3. Tradisi Mesbes Bangke

Tradisi Mesbes Bangke salah satu tradisi Bali kuno yang unik dan terkesan aneh kekinian. (Youtube V&D Media)

Dalam bahasa Bali Kata Mesbes berarti mencabik, menyobek, merobek dengan menggunakan kuku dan jari tangan.

Sedangkan Bangke memiliki arti badan yang tidak berjiwa.

Baca Juga: Depresi, Maria Goretti Bunuh Diri Lompat ke Jurang Pantai Sunset Point Uluwatu

Secara keseluruhan kata Mesbes Bangke berarti mencabik atau merobek dengan menggunakan kuku jari tangan terhadap mayat orang yang meninggal. Tradisi ini lahirkaren apadazaman dahulu tak ada formalin untuk mengawetkan mayat, kemudian untuk menghilangkan baunya masyarakat memiliki ide untu mencabik-cabik mayat tersebut.

Load More