Scroll untuk membaca artikel
Dythia Novianty
Rabu, 07 April 2021 | 09:30 WIB
Ilustrasi pelajar dengan menerapkan protokol kesehatan mengikuti sistem Pembelajaran Tatap Muka. (Suara.com/Anang Firmansyah)

SuaraBali.id - Seorang siswa SMP di Ubud ada yang meninggal saat penerapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Hingga kini, Ketua Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali Anak Agung Sagung Anie Asmoro, mempertanyakan penyebabnya.

"Apakah benar karena serangan jantung atau lainnya karena dari Puskesmas tidak melakukan swab. Hal ini, perlu ditelusuri agar orang tua dan siswa lainnya tidak resah," ungkapnya dilansir laman BeritaBali, Rabu (7/4/2021).

Sementara itu, ia menegaskan penerapan PTM tidak ditentukan oleh status zona wilayah, akan tetapi ditentukan sejauh mana kesiapan pihak sekolah dan stakeholder terkait.

"Jika sekolah belum siap memenuhi infrastruktur dan protokol kesehatan maka tunda dulu," katanya.

Baca Juga: Mendikbud Nadiem Minta Sekolah yang Gurunya Telah Divaksin Gelar PTM

Lebih lanjut, ia mengatakan, Pemerintah pusat dan daerah sudah saatnya fokus mendukung pembiayaan kesiapan sekolah.

Mulai dari penyiapan infrastruktur adaptasi kebiasaan baru, protokol ksehatan dengan bersinergi antara dinas kesehatan dan pendidikan serta gugus tugas Covid-19 di daerah.

Selain itu pemerintah daerah dan pusat, menurutnya, juga semestinya melakukan rapat koordinasi yang berjenjang terkait data dan pemetaan sekolah yang termasuk siap, cukup siap, atau belum siap untuk penerapan belajar tatap muka.

"Apakah kabupaten Gianyar yang terjadi kasus siswa meninggal sudah punya data soal itu terkait sekolah mana yang sudah siap," tanyanya.

Sedangkan dari sisi orang tua yang masih resah atau ragu terkait kebijakan PTM, seharusnya bisa mengajukan keberatan. Dari sisi sekolah pun tidak bisa menyalahkan orang tua jika merasa tidak siap dengan anaknya ikut PTM.

Baca Juga: Daftar 85 Sekolah di Jakarta Gelar PTM Hari Ini, Jika Sukses Akan Diperluas

Load More