SuaraBali.id - Penyair berjuluk "Presiden Malioboro", Umbu Wulang Landu Paranggi, meninggal dunia pada usia 78 tahun pada Selasa dini hari, setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Bali Mandara di Kota Denpasar, Bali, karena terserang Covid-19.
Menurut penyair Wayan Jengki Sunarta, Umbu Landu Paranggi menjalani perawatan di rumah sakit sejak Sabtu (3/4) malam.
"Pak Umbu kritis sejak tadi malam dan wafat pada Selasa dini hari pukul 03.55 WITA," kata Jengki sebagaimana dilansir Antara.
Jengki turut memantau kondisi Umbu di Rumah Sakit Bali Mandara sejak Senin (5/4) sampai Umbu meninggal dunia pada Selasa dini hari.
Baca Juga: Penyair Umbu Landu Paranggi Wafat, Bermukim di Bali Sampai Akhir Hayat
"Saya bersama Mbak Dwi, Nuryana, Holi, Phala, dan kawan-kawan lain menunggu di RS. Kami enggak bisa nengok Pak Umbu langsung, tetapi menunggu di lobi, tim medis yang memberikan informasi berkala pada kami," katanya.
Jengki menuturkan, bahwa pada Sabtu (3/4) sekitar pukul 19.00 WITA, Umbu diantar ke rumah sakit oleh beberapa pegiat sastra, yang kemudian menunggui dan memantau kondisi Umbu di rumah sakit hingga dia meninggal dunia.
"Kami semua merasa sangat kehilangan dengan kepergian Beliau. Dan Indonesia tentu kehilangan salah satu putra terbaiknya di bidang sastra," kata Jengki.
Umbu dilahirkan di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, pada 10 Agustus 1943.
Penyair dengan julukan "Presiden Malioboro" itu pada 1968 bersama penyair seperti Suwarna Pragolapati, Iman Budi Santosa, dan Teguh Ranusastra Asmara membidani dan mengasuh Persada Studi Klub (PSK) yang menangani rubrik puisi di Mingguan Pelopor Yogya.
Baca Juga: Presiden Malioboro Meninggal Dunia, Banyak Tokoh Ucapkan Belasungkawa
Komunitas satra itu kemudian melahirkan nama-nama besar seperti Emha Ainun Nadjib, Korrie Layun Rampan, Linus Suryadi AG, dan Yudistira Adi Nugraha.
Menurut Jengki, Umbu menetap di Bali sejak tahun 1979. Jengki mengenangnya sebagai penyair yang selalu punya cara unik untuk membangkitkan gairah apresiasi sastra.
"Bagi Umbu, puisi adalah kehidupan dan kehidupan adalah puisi. Penyair Bali generasi 1980-an, 1990-an, dan 2000-an rata-rata pernah bergesekan dengan vibrasi Umbu," katanya.
Terpopuler
- PIK Tutup Jalan Akses Warga Sejak 2015, Menteri Nusron: Tanya Maruarar Sirait
- Honda PCX Jadi Korban Curanmor, Sistem Keyless Dipertanyakan
- Lolly Banjir Air Mata Penuh Haru saat Bertemu Adik-adiknya Lagi: Setiap Tahun Saya Tidak Pernah Tahu...
- Ketajaman Jairo Beerens: Bisa Geser Posisi Romeny, Struick hingga Jens Raven
- Tangis Indro Warkop Pecah Dengar Ucapan Anak Bungsu Dono Soal HKI: Ayah Kirim Uang Sekolah Walau Sudah Tiada!
Pilihan
-
Akhiri Piala Asia U-20 2025: Prestasi Timnas Indonesia U-20 Anjlok Dibanding Era STY
-
Bak Bumi dan Langit! Indra Sjafri Redup, Dua Orang Indonesia Ini Bersinar di Piala Asia U-20 2025
-
Megawati Hangestri Cetak 12 Poin, AI Peppers Tekuk Red Sparks 3-0
-
Pekerjaan Terakhir Brian Yuliarto, Mendikti Saintek Baru dengan Kekayaan Rp18 M
-
Sanken Tutup Pabrik di RI Juni 2025
Terkini
-
Pemprov NTT Minta Masyarakat Pulang Karena Kedatangan Ronaldo Tidak Jelas
-
Umat Muslim di Bali Dibolehkan Sholat Tarawih di Masjid Saat Hari Nyepi Tanpa Pengeras Suara
-
Belasan Balita di Lombok Timur Meninggal Karena Pneumonia Dan TBC
-
Kisah Bambu Tresno yang Makin Dikenal Usai Ikuti BRI UMKM Expo (RT) 2025
-
Harapan Untuk Pariwisata, Akan Ada Diskon Tiket Pesawat Saat Lebaran 2025