Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 04 Maret 2021 | 10:17 WIB
Gedung BNI 1946. (SUARA/Eleonora PEW)

SuaraBali.id - Korban skimming di Denpasar gugat BNI Rp 500 juta. Sang penggugat bernama Agus Wandira beralasan BNI tak mau ganti uangnya yang sudah dibobol.

Agus Wandira merupakan pria asal Binjai, Medan. Agus Wandira menjadi korban skimming pada Bank Negara Indonesia (BNI).

Agus Wandira menggugat pihak Bank ke Pengadilan Negeri (PN) Denpasar. Gugatan yang dilayangkannya itu menuntut pihak BNI memberikan ganti rugi uang yang hilang di rekening korban sebesar Rp76 juta lebih.

Kuasa hukum Agus Wandira, I Komang Mahardika Yana dan I Gusti Putu Putra Yudhi Sanjaya saat ditemui di PN Denpasar, Rabu (3/3/2021) mengatakan sudah resmi melayangkan gugatan dengan tergugat BNI cq BNI kantor besar cq BNI Kantor Cabang Legian, Kuta, Badung.

Baca Juga: 8 Langkah Cara Daftar CPNS 2021 di sscn.bkn.go.id, Warga Bali Bisa Ikut

“Sekarang tahap mediasi. Tadi kami dipertemukan dengan perwakilan BNI oleh hakim untuk mediasi,” ujar Yudhi yang ditemui usai melakukan mediasi.

Dalam mediasi tersebut, pihaknya meminta BNI bertanggung jawab atas hilangnya uang kliennya yang merupakan nasabah BNI sebesar Rp 76.082.526. Selain itu, BNI juga diminta membayar kerugian immaterial lainnya senilai Rp500 juta.

“Pihak BNI baru akan memberikan jawaban pekan depan,” jelas pengacara muda ini.

Dijelaskan, perkara ini berawal saat Agus menarik uang bersama pacarnya di ATM BNI di Jalan Kunti, Seminyak, Kuta tepat di depan La Belle Villa pada Minggu (20/10) lalu. Saat itu Agus menarik uang Rp500 ribu dari total uang direkeningnya sejumlah Rp76.082.526.

Setelah uang dan tanda bukti transaksi keluar, kartu ATM tersangkut di mesin dan tidak bisa keluar.

Baca Juga: Lewat Sidak, Bupati Tamba Temukan Warga Positif Covid Belum Dapat Bantuan

“Karena kartu ATM tidak bisa keluar, Agus langsung menelpon call centre BNI di nomor 1500046.

Namun beberapa kali dihubungi tidak ada jawaban dari call centre BNI,” lanjut Yudhi.

Karena tidak ada jawaban, Agus meninggalkan ATM. Kemudian, keesokan harinya, Senin (21/10) Agus mendatangi kantor BNI KCP Legian untuk melaporkan kejadian ini.

Dari hasil laporan tersebut, customer service BNI memberikan print out buku tabungan. Dimana dalam print out tersebut sudah ada beberapa kali penarikan dalam jumlah besar yang dilakukan orang lain.

Agus lalu meminta customer service membekukan tabungan agar tidak terjadi lagi penarikan di luar sepengetahuannya. Namun customer service BNI tersebut mengatakan tidak bisa melakukan hal tersebut tanpa alasan yang jelas.

“Saat itu customer service BNI mengatakan jika kliennya menjadi korban skimming. Dia juga menjanjikan uang di rekening kliennya akan kembali,” beber pengacara yang berkantor di Toya Law Firm di Jalan HOS Cokroaminoto, Denpasar ini.

Setelah beberapa kali pertemuan, pihak BNI akhirnya menyatakan jika masalah ini bukan skimming melainkan card trapping yang merupakan tanggung jawab nasabah.
“Karena tidak ada itikad baik dari BNI, kami akhirnya memutuskan untuk melakukan gugatan di PN Denpasar,” lanjutnya.

Sementara itu, Legal Officer BNI, Adrian Surya Putra yang dikonfirmasi hanya memberikan keterangan singkat terkait sidang mediasi yang digelar di PN Denpasar. Pihaknya justru balik meminta agar wartawan ini konfirmasi ke pihak penggugat dengan alasan mediasi yang dilakukan baru hari pertama.

Load More