SuaraBali.id - Asal usul nama kain Endek Bali dari kata gendekan atau ngendek. Ngendek ini berarti diam atau tetap, tidak berubah warnanya.
Endek adalah kain tenun yang berasal dari Bali. Kain endek merupakan hasil dari karya seni rupa terapan, yang berarti karya seni yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan menenun atau pertenunan endek di Bali dapat dijumpai di kabupaten Karangasem, Klungkung, Gianyar, Buleleng, Jembrana dan Kota Denpasar.
Tenun ikat endek memiliki sebutan yang beragam di setiap daerah, endek yang dibuat di Kabupaten Gianyar dikenal dengan nama endek Gianyar, di Klungkung terkenal dengan nama endek Klungkung
Kain Endek Bali jadi perbincangan hangat saat ini setelah Gubernur Bali mengeluarkan surat edarah pemakaian Endek Bali setiap hari selama oleh masyarakat dan wajib dipakai PNS. Sejarah Endek Bali sangat panjang hingga dilirik desainer Christian Dior.
Soal Endek Bali pernah dibahas oleh Desak Made Oka Purnawati dalam ejournal Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Endek bali berkembang sejak tahun 1985. Awal mula berkembangnya kerajinan menenun diperkirakan dimulai sejak zaman pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel,Klungkung.
Kerajinan menenun ini kemudian berkembang ke wilayah lain disekitar Klungkung dan salah satunya di Desa Sulang. Sekalipun tenun sudah dikenal sejak zaman Gelgel, namun
perkembangan tenun endek di Sulang baru berkembang pesat setelah kemerdekaan.
Salah satu pengrajin tenun di Bali, Nyoman Resna mengatakan perkembangan kerajinan tenun ikat endek di Desa Sulang dimulai dari tahun 1975 yang dipelopori oleh Wayan Rudja.
Seiring perkembangan waktu, ketika boming endek terjadi di Desa Sulang, Wayan Rudja membuka usaha tenun endeknya di luar Desa Sulang untuk memperluas akses produksi dan pemasaran. Sepeninggal Wayan Rudja masyarakat Desa Sulang mulai membuka usaha kerajinan tenun endek dan perkembangan itu semakin pesat setelah di tahun 1985, pemerintah mengucurkan bantuan dana dan pembinaan dari UNDP dan BUMN untuk mengembangkan kerajinan tenun endek di Desa Sulang.
Baca Juga: Sejarah Endek Bali dari Desa Gelgel Hingga Dilirik Christian Dior
Para pengrajin tenun endek yang menyambut dengan antusias mengembangkan usahanya diantaranya adalah Nyoman Resna dan Nyoman Dharma. Sekalipun perkembangan kerajinan tenun endek di Desa Sulang mengalami pasang surut atau dinamika akibat lesunya perekonomian dan terputusnya bantuan pembinaan dari pemerintah.
Dinamika kerajinan Tenun Endek Dinamika kerajinan tenun endek dibagi menjadi tiga periode waktu yaitu
yang I tahun 1985-1995 di mana perkembangan pada tahun ini sangat menggembirakan, itu disebabkan karena adanya dukungan dana dari UNDP dan
BUMN, alat tenun berkembang dari tenun cag-cag menjadi alat tenun bukan mesin (ATBM), motif- motif kain endek lebih dikembangkan lagi tidak hanya satu motif namun berbagai motif dihasilkan.
Kain endek yang berkembang tidak hanya digunakan oleh kalangan bangsawan saja namun juga sudah digunakan oleh masyarakat kalangan menengah ke atas dan menengah ke bawah yang disesuaikan dengan mode atau fasion di masyarakat.
Periode II tahun 1996-2006 perkembangan yang terjadi mengalami penurunan itu dapat dilihat dari segi produksi kain tenun endek, akibat persaingan dengan kain sejenis produksi pabrik yang masuk ke pasaran. Selain itu bahan baku benang yang sulit didapat oleh para pengrajin saat itu. Namun hal itu tidak menyurutkan para pengrajin untuk tetap menenun, dan motif-motif kain Tenun Endek lebih dikembangkan lagi.
Periode III tahun 2007-2012, perkembangan pada tahun ini mengalami fluktuasi penurunan sangat dirasakan para pengrajin memasuki tahun 2008-2010 bahan baku benang sulit didapat, harga benang tinggi dengan kualitas tidak sesuai dengan standar produksi kain endek.
Selain itu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap benang import oleh pemerintah, banyaknya benang yang rusak dan tidak dapat digunakan oleh para pengrajin.
Berita Terkait
-
Melanie Subono Sentil Keras Mason Elephant Park Bali: Gajah Ditunggangi dan Dijadikan Kanvas Lukis
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Melalui Kolaborasi Global di Bali, BKSAP Dukung Penguatan Diplomasi Ekonomi Biru Berkelanjutan
-
Hey Bali Tawarkan Penitipan Barang Gratis Selama 4 Jam, Strategi Bangun Kepercayaan Wisatawan
-
Kemenpar Klarifikasi Isu Larang Airbnb, Ini Fakta Terkait Penataan OTA di Bali
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali