Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Kamis, 11 Februari 2021 | 10:06 WIB
Ditanya Berani Kritik Pemerintah, Iwan Fals Beri Balasan Telak
Iwan Fals (Wahyu Tri Laksono/Suara.com)

"Jadi bebasnya pada waktu ngomong?" tanya Hersubeno Arief.

"Setelah ngomong, kebebasannya diambil. Ditunggu UU ITE, Bareskrim, ditunggu oleh putusan pengadilan. Itu paradoks, memberi sinyal bahwa kami tidak antikritik, pada waktu yang sama suruh perkarakan. Jadi itu pikiran yang kata orang muke gile lu," timpal Rocky Gerung.

Rocky Gerung kemudian menambahkan, sebenarnya Presiden Jokowi seolah memberi sinyal bahwa dia ingin mendapatkan kritik kecuali dari kalangan radikal.

Kata dia, telinga Jokowi hanya ingin memperoleh kritik yang ujungnya berakhir dengan pujian.

Baca Juga: Perintah Presiden Jokowi : Proyek Kereta Api Sulsel Harus Selesai

"Kalau konsisten (minta warga aktif kritik), dia (Presiden Jokowi) harus bicara depan publik, di belakangnya ada pimpinan negara dan mengumumkan tahanan politik tidak boleh diadili, harus segera dibebaskan," tegas Rocky Gerung.

"Buzzer masih melakukan pembullyan," sambungnya.

Rocky Gerung lantas menyinggung Presiden Jokowi yang di mata dia mampu menyembunyikan dendam dengan baik melalui kata-kata "kritik kami".

"Padahal dendamnya itu dia delegasikan pada buzzer dan tokoh-tokoh yang membenci oposisi. Ini permainan dua muka yang berbahaya, sinyalnya bisa palsu. Ngapain presiden bersembunyi di balik kebohongan komunikasi publik," terang Rocky Gerung.

"Saya menganggap orang-orang di belakang statement bikin evalusasi dan sodorkan 2 kalimat. Begitu pidato, catatannya 'kami tidak antikritik'. Padahal presiden betul belum siap dengan psikologinya karena pas dia bilang gitu pada ketawa," tandasnya.

Baca Juga: Utusan Presiden Jokowi : Proyek Kereta Api Sulsel Kacau, Tidak Selesai

Load More