SuaraBali.id - Masyarakat Indonesia sudah kembali menjalani aktivitas sehari-hari termasuk belajar dan bekerja paska-libur panjang akibat cuti bersama sejak 28 Oktober sampai 1 November 2020 lalu.
Tapi tidak sedikit dari mereka merasa malas, bahkan takut jika harus kembali tugas di kantor. Kalau itu yang terjadi, benarkah ada yang salah dengan diri Anda?
Mengutip situs Forbes beberapa waktu lalu, ada beberapa hal yang patut dicurigai yang bisa jadi pemicu Anda merasa takut dan malas saat hari kembali ke kantor, seperti beberapa masalah sebagai berikut:
1. Waktu liburan kurang lama
Waktu berlibur sangat memengaruhi perasaan Anda saat harus kembali ke rutinitas keseharian. Semakin lama Anda berlibur, akan semakin kesal saat harus kembali ke kantor, tetapi liburan yang terlalu singkat juga akan berdampak sama.
Sehingga seminggu adalah waktu yang ideal untuk berlibur, kurang dari itu biasanya Anda akan merasa takut dan kesal saat harus kembali bekerja.
2. Terlalu sering takut kembali bekerja
Jika perasaan takut dan malas kembali bekerja sekali atau dua kali setelah liburan panjang, itu adalah hal yang wajar, karena kita semua butuh istirahat.
Sedangkan jika perasaan takut atau khawatir terlalu sering dialami setiap akhir pekan, itu harus dikhawatirkan dan dicurigai, karena akhir pekan haruslah jadi pelarian dan penyegaran yang singkat, bukan sebagai pelarian dari semua aktivitas pekerjaan selama lima hari penuh.
3. Tidak ada hal positif, dan lebih banyak hal negatif saat bekerja
Bukan waktu liburan yang berkurang, tapi setiap Anda kembali bekerja setiap itu pula Anda merasa takut, maka cari tahu akar masalah yang Anda alami.
Hal yang patut dikhawatirkan adalah Anda kehilangan hal positif yang seharusnya Anda dapatkan dari pekerjaan, seperti tidak lagi merasa tertantang, bekerja tidak lagi bermakna dan tidak memiliki tujuan.
Baca Juga: Libur Panjang, 408 Wisatawan di Jawa Barat Reaktif Covid-19
Selain itu, saat bekerja Anda mengalami banyak hal negatif yang disebabkan oleh pekerjaan Anda. Hal negatif ini sampai membuat Anda kecewa sehingga tidak ingin kembali bekerja atau bahkan cenderung menjadi toxic. Contohnya seperti mengalami konflik antarrekan kerja, stres dan sebagainya.
4. Lebih banyak waktu bekerja dibanding istirahat
Keseimbangan hidup adalah hal yang sangat penting. Dalam sehari idealnya 24 jam harus dibagi 8 jam untuk bekerja, 8 jam me time atau mendapat hiburan, dan 8 jam untuk beristirahat.
Tapi pada praktiknya, pembagian waktu ini sangat sulit untuk dilakukan, apalagi sistem digital yang membuat orang bisa bekerja kapan saja dan di mana saja, sehingga tidak mengenal waktu jam kerja.
Menurut penelitian yang dilakukan Pew Research Center, kebanyakan pekerja merasa waktu untuk keluarga berkurang karena pekerjaan. Sehingga saat waktu berlibur Anda sering merasa kekurangan waktu, dan malas hingga takut kembali bekerja.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Apa Jasa Raden Aria Wirjaatmadja bagi BRI? Begini Kisahnya
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu