Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 30 September 2020 | 16:32 WIB
Kuburan massal korban G30S (dok Yunantyo Adi)

SuaraBali.id - Hutan Plumbon bukan tempat biasa untuk para keluarga korban Gerakan 30 September 1965. Di sana terkubur jenazah korban G30S dalam satu liang lahat.

Hutan Plumbon, tempat kuburan massal korban G30S.

Di sana ada sebuah prasasti berdiri tegak di tengah hutan jati di Kampung Plumbon, Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.

Di tengah prasasti yang didirikan jauh dari permukiman warga itu tertulis delapan nama, yakni Moetiah, Soesatjo, Darsono, Sachroni, Joesoef, Soekandar, Doelkhamid, dan Soerono.

Baca Juga: Cerita Mbah Margo, Kakek yang Diminta Masuk Luweng untuk Cari Jasad PKI

Mereka adalah nama-nama korban pembunuhan massal pada tahun 1965 silam yang dibunuh di hutan tersebut. Mereka dibunuh karena dicurigai terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI).

Diduga ada sekitar 12-24 orang yang dieksekusi dan dikubur di hutan jati itu. Namun, hanya delapan orang yang mampu diidentifikasi hingga namanya ditulis di prasasti atau nisan tersebut.

Moetiah

Kuburan massal korban G30S (dok Yunantyo Adi)

Moetiah, korban G30S asal Kendal diberi waktu untuk berdoa dan baca qiro sebelum akhirnya ditembak oleh tentara. Selain pandai qiro, Moetiah juga dikenal pintar nyinden dan aktif mengajar sebagai guru TK.

Saat ini dia dimakamkan bersama korban yang lain di Hutan Plumbon, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Mangkang, Jawa Tengah.

Baca Juga: Monumen Ade Irma Suryani Nasution Resmi Berdiri di Sangihe

Selain Moetiah, ada juga tokoh masyarakat asal Kendal yaitu Soesetyo yang pernah menjadi Bupati Kendal pada masa itu.

Load More