Bali Larang Botol Plastik di Bawah 1 Liter, Pengusaha Panik

Bali bersiap menerapkan kebijakan pelarangan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di bawah 1 liter

Muhammad Yunus | Eviera Paramita Sandi
Kamis, 18 Desember 2025 | 13:13 WIB
Bali Larang Botol Plastik di Bawah 1 Liter, Pengusaha Panik
Ilustrasi air minum dalam kemasan (AMDK) [Istimewa]
Baca 10 detik
  • Bali akan melarang Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di bawah 1 liter mulai Januari 2026 berdasarkan SE Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025.
  • Pelaku industri AMDK dan pedagang kecil khawatir kebijakan ini akan menekan omzet usaha dan berpotensi menyebabkan pemutusan hubungan kerja.
  • Gubernur Bali menegaskan kebijakan larangan ini demi kelestarian lingkungan dan citra pariwisata, meminta produsen segera berinovasi.

“Kalau produk gelas dan botol dihentikan, mesin tidak bisa dipakai lagi. Dampaknya, banyak karyawan terancam PHK,” katanya.

Dari sisi pedagang kecil, kecemasan juga tak terhindarkan. Komang, seorang pedagang di kawasan Pantai Legian, mengaku penjualan AMDK kemasan kecil menjadi salah satu penopang utama penghasilannya.

“Air minum kemasan paling banyak dibeli pengunjung pantai. Kalau dilarang, kami bingung mau jual apa,” ungkapnya.

Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Bali tetap bergeming. Gubernur I Wayan Koster menegaskan kebijakan ini diambil demi menjaga kelestarian lingkungan dan citra pariwisata Bali.

Baca Juga:Mengapa Monyet di Hutan Ubud Dianggap Hewan Suci?

Menurutnya, sampah plastik kemasan air mineral selama ini mendominasi tempat pembuangan akhir (TPA), termasuk TPA Suwung yang kini sudah melebihi kapasitas.

“Kebijakan ini tidak bisa ditawar. Ini demi masa depan Bali,” tegas Koster beberapa waktu lalu.

Ia juga menyebut kebijakan tersebut mendapat dukungan pemerintah pusat.

Koster meminta produsen segera berinovasi dan menyiapkan alternatif kemasan ramah lingkungan. Ia menegaskan, produksi AMDK di bawah 1 liter hanya diperbolehkan hingga Desember 2025.

“Saya minta produksinya dihentikan. Januari 2026 tidak boleh ada lagi,” ujarnya.

Baca Juga:Rahasia Wisatawan Cerdas Hemat Waktu dan Uang Liburan di Bali

Dengan waktu yang kian menipis, tarik ulur antara kepentingan lingkungan dan keberlangsungan ekonomi kini menjadi sorotan utama di Bali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini