WHOOSH Jadi Kebanggaan China, Bukan Indonesia? Sosiolog Bongkar Pesta Meriah di Beijing

Jokowi terpesona kereta cepat China saat kunjungan 2015, jadi alasan Whoosh. Proyek ini kebanggaan Beijing meski tak efisien untuk Jawa.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 21 Oktober 2025 | 09:37 WIB
WHOOSH Jadi Kebanggaan China, Bukan Indonesia? Sosiolog Bongkar Pesta Meriah di Beijing
Kereta Cepat Whoosh (Unsplash/usiswantoro)
Baca 10 detik
  • Jokowi terpesona teknologi kereta cepat China saat kunjungan di 2015, yang disebut naif oleh Prof. Sulfikar.
  • Proyek Whoosh adalah ekspor pertama China, sebuah kebanggaan karena berhasil kalahkan Jepang di Indonesia.
  • Mahfud MD sebut Whoosh ancam kedaulatan negara karena utang besar yang bunganya tak tertutup tiket.

Pasalnya, banyak kota – kota kecil di Pulau Jawa yang seharusnya diekspos dengan Kereta semi cepat dan bukan kereta cepat.

“Untuk Pulau Jawa yang sangat padat seperti ini, mungkin kita tidak butuh kereta cepat, kita butuh kereta yang semi cepat aja. Semi cepat itu kecepatannya sampai sekitar 200km/jam. Yang kereta cepat ini kan yang high speed sampai 350km/jam,” terang Sulfikar.

“Kita pakai yang 150km/jam aja udah bagus, itu akan mengkoneksi menghubungkan banyak kota - kota yang ada di Jawa, kan banyak kota – kota kecil. Kalau kita pakai kereta cepat itu tidak efisien, karena dia baru bergerak dia mah udah sampai, haha,” tambahnya.

Mahfud MD Sebut Whoosh Ancam Kedaulatan Negara

Baca Juga:Sindir Soal Proyek Whoosh, Mahfud MD: Ini Utang yang Sangat Aneh

Eks Menko Polhukam Mahfud MD turut buka suara soal proyek Whoosh tersebut. Mahfud terang – terangan mengungkapkan bahwa proyek tersebut sudah mengancam kedaulatan negara.

“Whoosh ini mengancam masa depan kedaulatan kita, bangsa kita, rakyat kita dan sebagainya. Karena ini utang yang sangat besar dan sangat aneh,” ujar Mahfud, dikutip dari youtubenya, Kamis (16/10/25).

“Ini merupakan bisnis to bisnis, BUMN sini dan BUMN sana (China),” imbuh Mahfud.

Mahfud mengatakan bahwa utang Whoosh tersebut akan terus bertambah. Pasalnya hasil dari penjualan tiket kereta saja belum mencukupi untuk membayar bunganya.

“Sekarang utangnya itu bertambah terus. Bunga utangnya saja setahun itu 2 Triliun. Sementara dari tiket hanya mendapat maksimal 1,5 Triliun,” jelas Mahfud.

Baca Juga:Blak-blakan, Said Didu Sebut Jokowi Biang Kerok IKN, Ini Alasannya

“Jadi setiap tahun bertambah kan, bunga berbunga terus, negara nomboki terus. Dan itu bisa sampai 70 – 80 tahun. Ini utang – utangnya kalau normal. Masalahnya apa? Ya utang bertambah terus,” tambahnya.

Kontributor : Kanita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini