AJI Denpasar Dan IJTI Bali Gelar Pemutaran Film The White Balance 20 Tahun Bom Bali

Acara yang digelar pada Jumat (16/9/2022) ini bertujuan untuk mengingatkan para jurnalis untuk mengedepankan jurnalisme damai dalam setiap pemberitaannya

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 16 September 2022 | 21:04 WIB
AJI Denpasar Dan IJTI Bali Gelar Pemutaran Film The White Balance 20 Tahun Bom Bali
Pemutaran film dan diskusi Jejak Digital 20 Tahun Bom Bali yang digelar AJI Denpasar dan IJTI Bali, Jumat (16/9/2022) [Istimewa]

SuaraBali.id - AJI Denpasar bersama IJTI Bali menggelar pemutaran film dokumenter tragedi Bom Bali 2022 bertajuk The White Balance karya Jurnalis senior Sigit Purwono. Film ini diluncurkan menjelang peringatan 20 tahun bom Bali yang merenggut 203 korban jiwa dan 209 korban luka.

Acara yang digelar pada Jumat (16/9/2022) ini bertujuan untuk mengingatkan para jurnalis untuk mengedepankan jurnalisme damai dalam setiap peliputan dan pemberitaannya.

Sigit Purwono yang saat ini bekerja sebagai jurnalis lepas sejumlah media asing ini mengaku, karya dokumenter ini riil tanpa naskah dan tanpa reka adegan. Menurutnya seluruh scene dalam video ini merupakan kejadian yang diambil sejak kejadian 12 Oktober 2002 hingga para terpidana disidang dan dieksekusi.

"Seluruh video ini yang saya buat dalam dokumenter bom Bali ini semuanya riil. Saya salah satu wartawan yang meliput kejadian ini sejak awal. Saat kejadian itu saya sedang tidur dan terbangun karena di luar rumah,” ujarnya.

Sigit juga menceritakan pengalaman seputar mengabadikan gambar tragedi 20 tahun yang lalu itu dan menyimpannya dalam akun YouTube Bom Bali 2002 sebanyak 90 video tanpa dimonetisasi.

Menurutnya, menjadi jurnalis terkadang dihadapkan pada pilihan antara menolong atau menjalankan tugas. Namun karena saat itu ia bertugas sebagai kameraman maka ia tetap harus mengambil gambar.

"Hal yang membuat saya berpikir antara kemanusiaan menolong korban atau mengambil gambar. Karena saya cameraman jadi saya putuskan jalankan tugas," ujarnya.

Pemutaran film dokumenter Bom Bali 2022 yang digelar di Hardcof Cafe, Jl. Raya Puputan Denpasar itu dihadiri sejumlah saksi mata. Salah satunya adalah dokter forensik RSUP Sanglah, Ida Bagus Putu Alit dan sejumlah jurnalis senior ikut menceritakan pengalaman meliput peristiwa Bom Bali 2002.

"Film dokumenter ini membuat saya bernostalgia ketika mengidentifikasi 203 jenazah. Tapi ada 3 jenazah yang tidak berhasil diidentifikasi. Saat itu kami tiga orang dokter forensik Sanglah dan ini kejadian pertama. Sehingga pengalaman baru dan mengidentifikasi ratusan jenazah itu, tapi berkat bantuan pemberitaan media sehingga data antemortem korban dari luar negeri itu membantu kami untuk identifikasi post mortem," tutur dr. Alit.

Sementara salah satu jurnalis senior The Jakarta Post, Wayan Juniarta mengapresiasi karya dokumenter Sigit Purwono. Menurutnya peristiwa ini menjadi pelajaran bagi jurnalis, baik sisi jurnalisme damai maupun mendokumentasikan kejadian ke dalam sebuah film.

"Setelah kejadian itu, kami wartawan saat itu berkumpul dan bersepakat untuk bersama membuat berita yang mendinginkan suasana. Karena saat itu sudah ada isu agama yang berpotensi membuat adanya konflik horizontal,” ujarnya.

Ia pun mengingatkan agar para jurnalis tetap mengedepankan pemaknaan dan bertanggung jawab dalam setiap pemberitaan. Hal ini agar jangan sampai kuasa jurnalis untuk menyebarluaskan informasi malah disalahgunakan atau malah menjadi bumerang untuk kehidupan bermasyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini