Dia menyebutkan banyak informasi palsu dari media sosial yang muncul saat bentrok tersebut dengan mengaitkan dengan isu SARA.
Padahal kenyataannya itu hanya kesalahpahaman, bahkan warga dua dusun masih memiliki hubungan saudara.
“Penting saya sampaikan bahwa, kita lebih sibuk mengklarifikasi berita hoaks dari pada kenyataan sebenarnya. Masyarakat kita di Mareje ini kan satu keluarga, darahnya sama dan tidak pernah ada sejarah konflik ini,” ujarnya.
Bupati Lombok Barat berkeyakinan bahwa 100 persen konflik tersebut bukan konflik agama, menurutnya ini hanya miskomunikasi.
Baca Juga:Anggota Dewan Kaget, Kebutuhan Rumah Tangga Gubernur NTB Dan Wakil Capai Rp 10 Miliar
“Hanya miskomunikasi, unsur politik masuk, unsur luar masuk, berita hoaks masuk, dan menimbulkan hal seperti ini, dan ini merupakan pembelajaran bagi kita semua,” katanya.
Kapolres Lombok Barat, AKBP Wirasto Adi Nugroho mengatakan sudah jauh hari terbentuk Satgas penanganan konflik sosial di Kabupaten Lombok Barat untuk mencegah aksi serupa terulang kembali.
“Ketuanya Bapak Bupati Lombok Barat langsung, dan saat ini situasi di Mareje sudah sangat kondusif, masyarakat sudah mulai berbaur,” katanya.
Sehingga dari hasil penilaian Satgas sudah siap untuk memulangkannya, berdasarkan hasil asesmen di Mareje.
“Kegiatan kita ke depan, menghadapi Hari Raya Waisak sehingga memutuskan untuk memulangkan warga terdampak ke rumahnya masing-masing,” ujarnya.
Baca Juga:Gubernur Zulkieflimansyah Sempat Kepleset di Pinggir Sungai, Videonya Beredar di Medsos
Bentrok sebelumnya dipicu para pemuda Dusun Bangket Lauk membakar petasan dengan bunyi cukup keras saat malam takbiran. Seorang warga Dusun Banjar menegurnya dan terjadi keributan.
Bentrok tak terhindari saat muncul perkelahian pemuda di hari berikutnya, dan laporan polisi yang melaporkan pemukulan saat malam takbiran. Enam rumah dibakar, namun tidak ada korban jiwa karena aparat telah bersiaga di lokasi kejadian.