Sosok Otto Toto Sugiri Jadi Salah Satu Orang Terkaya di Dunia yang Mengaku Doyan Gado-gado

Saat ini Otto Toto Sugiri yang berusia 68 tahun itu bukan sekadar multijutawan lagi. Ia menjadi satu orang terkaya di dunia

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 25 Maret 2022 | 10:00 WIB
Sosok Otto Toto Sugiri Jadi Salah Satu Orang Terkaya di Dunia yang Mengaku Doyan Gado-gado
Twitter/Bloomberg Wealth

SuaraBali.id - Sosok Otto Toto Sugiri kini menjadi perbincangan. Ia diaku menjadi multijutawan setelah menjual perusahaan kepada operator telekomunikasi terbesar di Indonesia.

Sugiri bersama enam mitranya adalah sosok yang mendirikan PT DCI Indonesia, perusahaan yang menjadi pemimpin di Indonesia di bidangnya dengan lebih dari 200 klien.

Hebatnya sejak listing tahun lalu, saham DCI telah melonjak lebih dari 10.000%.

Saat itu tahun 2011, dan penggunaan web di Indonesia sedang marak. Demi keamanan data pengguna, pemerintah sedang merencanakan undang-undang yang mewajibkan informasi online disimpan di Indonesia daripada di luar negeri.

Inilah yang menjadi kebutuhan besar pada pusat data lokal.

Saat ini Otto Toto Sugiri yang berusia 68 tahun itu bukan sekadar multijutawan lagi. Ia menjadi satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan diperkirakan mencapai USD2,5 miliar (Rp35,9 triliun), menurut Bloomberg Billionaires Index.

“Saya masih suka makan Gado Gado,” katanya dalam wawancara awal Maret dari pusat data DCI di Cibitung, yang dikutip di Jakarta, Kamis (24/3/22) seperti dilansir wartaekonomi – jaringan suara.com.

“Menjadi kaya tidak akan mengubah saya.” Tandasnya.

Sugiri memiliki 30% saham DCI, sementara co-founder Han Arming Hanafia dan Marina Budiman, yang juga menjabat sebagai presiden komisaris perusahaan, masing-masing memiliki saham senilai USD1 miliar (Rp14,3 triliun) dan USD1,6 miliar (Rp22 triliun). Taipan Anthoni Salim, yang kerajaannya mencakup makanan hingga telekomunikasi dan real estat adalah pemegang saham terbesar keempat DCI dengan 11% saham.

Awal Mula Karier

Sosok Sugiri sejak lama memang sudah menekuni program teknologi informasi. Ia memulai karirnya sebagai programmer IT di Jerman setelah lulus dari universitas elit di Aachen, sebuah kota di dekat perbatasan Belgia dan Belanda yang terkenal dengan spa dan sumber air panas kuratifnya.

Ia pun kembali ke tanah air pada tahun 1980-an lalu melakukan beberapa program untuk perusahaan lokal sebelum bergabung dengan pemberi pinjaman keluarganya, PT Bank Bali (sekarang PT Bank Permata) di mana dia membantu mendirikan departemen TI-nya.

Enam tahun bergelut di dunia perbankan, ia kemudian mengepalai PT Sigma Cipta Caraka, perusahaan perangkat lunak yang diambil alih PT Telkom Indonesia pada 2007 dan memberinya rejeki nomplok.

Pada tahun 1994, ia mendirikan PT Indointernet, penyedia layanan internet pertama di Indonesia, yang 17% sahamnya masih ia miliki. Secara keseluruhan, dia mendirikan lebih dari 20 perusahaan.

DCI telah diuntungkan dari transformasi digital di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Tanah Air yang mencapai 270 juta jiwa serta sebagian besar adalah anak muda yang paham web, ekonomi online mencapai USD70 miliar tahun lalu (Rp1.005 triliun), naik 49% dari tahun 2020, menurut laporan Google, Temasek Holdings Pte dan Bain & Co.

Dengan pangsa pasar 62%, laba DCI melonjak 43% tahun lalu dan pendapatan naik menjadi Rp871,2 miliar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini