“Jadi nanti akan ada semacam perang unsur air dengan api, yang kemudian dinetralisir oleh angin. Ini juga kita ambil dari cerita Adi Parwa, dimana ketika Brahma dan Wisnu bersitegang dan menunjukkan kekuatan masing-masing, maka hadirlah Siwa sebagai simbol Dewa Angin. Karena dengan angin, air ataupun api bisa besar. Dan oleh angin pula, api bisa padam dan air bisa kembali tenang,” bebernya.
Secara filosofis, pertemuan tersebut juga dimaknai sebagai sebuah cara untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki. Itu senada dengan tema yang diangkat dalam Magegobog Padu Telu, yakni Rumaruh Wiweka Jati (Rumaruh adalah mencari, Wiweka adalah kebenaran logika, dan Jati adalah sesungguhnya).