SuaraBali.id - Hari Raya Galungan merupakan hari raya suci agama Hindu yang dirayakan setiap enam bulan sekali atau berdasarkan pawukon Buda Kliwon Dungulan. Hari Raya Galungan mempunyai makna mendalam.
Dikutip dari Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, Hari Raya Galungan mempunyai makna memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma.
Secara rohani, manusia mengendalikan hawa nafsu yang sifatnya mengganggu ketentraman batin yang nantinya berekpresi dalam kegiatan sehari-hari, baik secara individu maupun kelompok.
Hawa nafsu dalam diri kita dikenal dengan nama Kalatiga, yakni tiga macam kala secara bersama-sama dimulai sejak hari Minggu sehari sebelum penyajaan, hari Senin dan berakhir hari Selasa (Penampahan Galungan).
Baca Juga:Daftar Hari Besar Agama Hindu, Ternyata Banyak, Bukan Cuma Hari Raya Nyepi
Maksud dari tiga kala yakni:
- Kala Amangkurat, yakni nafsu yang selalu ingin berkuasa, ingin menguasai segala keinginan secara batiniah dan nafsu ingin memerintah bila tidak terkendali tumbuh menjadi nafsu serakah untuk mempertahankan kekuasaan sekalipun menyimpang dari kebenaran.
- Kala Dungulan yang berarti segala nafsu untuk mengalahkan semua yang dikuasai oleh teman kita atau orang lain.
- Kala Galungan, yakni nafsu untuk menang dengan berbagai dalih dan cara yang tidak sesuai dengan norma maupun etika agama.
Hari Raya Galungan merupakan hari kemenangan kebenaran (Dharma) atas kejahatan (Adharma) yang dilaksanakan umat Hindu setiap enam bulan sekali.
Hari Raya Galungan memang dirayakan sebagai hari raya kemenangan Dharma melawan Adharma, kalahnya keangkaramurkaan yang oleh Mpu Sedah disebut sebagai "Kadung gulaning parangmuka", lebih jauh dijelaskan musuh yang dimaksud adalah musuh-musuh yang ada pada diri manusia yang terlebih dahulu harus dikalahkan.
Musuh dimaksud adalah: kenafsuan (kama), kemarahan (kroda), keserakahan (mada),'irihati (irsya) atau semua tergolong dalam sadripu maupun Satpa Timira.
Para Umat Hindu juga biasanya memasang Penjor sehari sebelum Galungan atau tepatnya pada Penampahan Galungan.
Baca Juga:Gagal Lampiaskan Hawa Nafsu, Tukang Galon Tikam Ibu dan Anak Hingga Tewas Bersimah Darah
Penjor adalah simbol dari Naga Basukih, di mana Basukih berarti kemakmuran atau kesejahteraan.
Memasang Penjor pada Hari Raya Galungan yang berarti sebagai wujud rasa Bakti dan rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kemakmuran dan kesejahteraan yang telah diberikanNya.
Setelah Hari Raya Galungan, umat Hindu juga merayakan Hari Raya Kuningan 10 hari setelah Galungan, tepatnya pada hari Saniscara Kliwon Kuningan.
Di Hari Raya Kuningan ini, kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus bisa berintropeksi dan berjanji untuk menjadikan diri kita lebih baik dan juga bisa mengalahkan sifat Adharma yang ada pada diri kita, Svaha.
Kontributor : Achmad Ali