Arti Sesajen Hindu atau Banten, Lengkap dengan Jenis-Jenisnya

Banten diperkenalkan oleh seorang Resi atau Rsi Maharsi Markandeya di sekitar abad ke-8 kepada penduduk di sekitar pertapaannya.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 14 Juni 2021 | 08:30 WIB
Arti Sesajen Hindu atau Banten, Lengkap dengan Jenis-Jenisnya

SuaraBali.id - Banten atau Sesajen Hindu sangat sering dijumpai di Bali. Sesajen adalah salah satu sarana upacara dalam berkomunikasi dengan leluhur hingga Tuhan.

Banten diperkenalkan oleh seorang Resi atau Rsi Maharsi Markandeya di sekitar abad ke-8 kepada penduduk di sekitar pertapaannya yaitu Desa Puakan-Taro yang kini dikenal dengan Tegallalang Gianyar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sajen merupakan makanan (bunga-bunga dan sebagainya) yang disajikan kepada orang atau makhluk halus dan sebagainya, selain istilah di atas sesajen di masyarakat Bali dikenal dengan istilah Banten yang digunakan sebagai persembahan dalam upacara agama Hindu.

Pada mulanya Banten dikembangkan kepada umat Hindu yang tidak menguasai mantra-mantra dalam kegiatan baktinya dan sebatas pengikut dari Rsi Markandeya dan berkembang kepada masyarakat sekitar.

Baca Juga:Ibadah Hindu Nora Alexandra Dikritik: Nikah dengan Orang Bali Tapi Gak Bisa Sembahyang

Kedatangan kedua kalinya Rsi Markandeya bersama pengikutnya ke Bali ini dengan melakukan pengruwatan berdasarkan wahyu yang ia dapatkan dari Tuhan ketika bersemedi di Gunung Raung.

Festival Puputan Badung 2014 di Denpasar, Sabtu (20/9). Kegiatan bidang seni budaya selama sebulan itu melibatkan sekitar 1.000 seniman untuk memperingati 108 tahun Perang Puputan Badung yaitu pertempuran titik darah penghabisan warga Badung melawan Belanda pada tahun 1906. [Antara/Nyoman Budhiana]
Festival Puputan Badung 2014 di Denpasar, Sabtu (20/9). Kegiatan bidang seni budaya selama sebulan itu melibatkan sekitar 1.000 seniman untuk memperingati 108 tahun Perang Puputan Badung yaitu pertempuran titik darah penghabisan warga Badung melawan Belanda pada tahun 1906. [Antara/Nyoman Budhiana]

Ketika memasuki Bali Rsi Markandeya ini kemudian melakukan beberapa hal. Yaitu melaksanakan ritual upacara mendem pedagingan Panca Datu sesuai petunjuk menggunakan sarana sesajen di Pura Besakih.

Selain itu setiap memasuki daerah baru atau tempat baru dilaksanakan ritual upacara pembersihan tanah yang akan ditempati.

Hingga kini ritual ini masih dipegang teguh oleh masyarakat Hindu Bali terutama dalam penggunaan Banten sebagai sarana upakara.

Banten ini merupakan perwujudan rasa syukur dan ikhlas masyarakat atas apa yang diberikan Tuhan melalui alam. Masyarakat Bali yang dulunya sangat agraris segala isi banten diambil dari kebun atau sawah sendiri dan dirangkainya sendiri.

Baca Juga:90 Ribu Baby Lobster Diselundukan Lewat Pelabuhan Merak, Negara Rugi Rp 23 Miliar

Banten memiliki jenis, bentuk, dan bahan yang bermacam-macam. Keunikan dan kerumitan banten memiliki makna simbolik dengan perpaduan estetika.

Di mana unsur estetik ini sangat penting dalam banten karena dapat menentukan pikiran dengan penuh rasa kebahagiaan pada saat memuja tuhan.

Dalam lontar 'Yadnya Prakerti' dan lontar 'Kusuma Dewa', Banten dengan isi yang beragam itu terdiri dari unsur alam seperti:

  • Mataya, yaitu bahan banten yang berasal dari sesuatu yang tumbuh atau tumbuh-tumbuhan seperti, daun, bunga, buah, dan lainnya
  • Maharya, merupakan bahan yang berasal dari sesuatu yang lahir direpresentasikan oleh binatang tertentu seperti kambing, sapi, dan lain sebagainya.
  • Mantiga, bahan banten yang berasal dari telur seperti telur ayam, itik dan lainnya.
  • Logam seperti perak, tembaga, besi, emas, timah, dan lain-lain.
  • Air atau cairan, terdapat lima cairan yang digunakan untuk banten yaitu air yang berasal dari jasad atau sarira diwakili empehan atau susu, air yang berasal dari buah-buahan diwakili berem, air yang berasal dari uap atau kukus diwakili arak, air yang ebrasal dari sari bunga diwakili oleh madu, dan air air yang berasal dari tanah atau bumi diwakili air hening atau jernih, yang kelima zat cair tersebut disebut dengan Panca Amerta
  • Api dalam wujud dupa dan dipa
  • Angin dalam wujud asap yang harum

Bahan-bahan tersebutlah yang menjadi unsur pokok banten dan dipersembahkan kembali kepada sang Pencipta.

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini