SuaraBali.id - Monkey Forest Ubud merupakan kawasan cagar alam sekaligus komplek candi yang terletak di Ubud, Bali.
Jaraknya sekitar 22,5 km dari ibukota Bali atau Kota Denpasar.
Tempat ini biasa disebut Mandala Suci Wenara Wana. Setiap bulannya, Monkey Forest Ubud dikunjungi lebih dari 10.000 wisatawan.
Kawasan ini menjadi tempat tinggal bagi sekitar 340 ekor Macaca fascicularis yang lebih dikenal dengan kera ekor panjang. Wah kira-kira bagaimana ya sensasinya berkunjung kesana?
Monkey Forest Ubud
Monkey Forest Ubud area pelestarian yang mengusung konsep Tri Hita Karana. Dalam Hindu, filosofi Tri Hita Karana merupakan turunan dari kata "Tri" yang artinya tiga, "Hita" yang artinya kebahagiaan, dan "Karana" yang artinya perilaku.
Sehingga, Tri Hita Karana diartikan sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan fisik.
Kera Ekor Panjang
Kawanan monyet disini terbagi menjadi empat kelompok yang masing-masing menempati kawasan berbeda di dalam hutan.
Baca Juga: Asal Mula Nama Virgin Beach di Karangasem
Nah, saat kalian mengunjungi tempat ini salah satu aktivitas yang bisa dilakukan yaitu berfoto dengan para monyet. Namanya juga hutan monyet, tentu akan bertemu dengan banyak sekali monyet.
Mereka bak manusia yang memandangi pengunjung dan menyambut dengan hangat. Bahkan ada beberapa yang langsung menghampiri pengunjung dan naik ke atas pundaknya.
Jika jarang berinteraksi dengan monyet, kita mungkin bakal khawatir diserang. Namun, monyet-monyet yang ada di Monkey Forest Ubud sebetulnya tidak agresif dan bersahabat.
Ada aturan yang harus dipatuhi oleh wisatawan yang hendak berfoto dengan para monyet. Wisatawan akan diminta untuk tidak membawa tas atau botol plastik.
Selain itu, jangan menyembunyikan makanan karena monyet akan tahu dan berusaha merebutnya. Ketika monyet berhasil mendapatkannya, jangan mencoba menariknya kembali.
Selain berfoto, wisatawan juga bisa memberi makan monyet. Pengelola menyediakan pisang untuk dibeli bagi wisatawan yang ingin memberi makan monyet.
Berita Terkait
-
7 Tempat Wisata Alam Indah yang Tersembunyi di Pulau Jawa
-
Toyota Hilux Rangga Pimpin Pembangunan Toilet Umum dari Plastik Daur ulang di Lombok
-
Lebih dari Sekadar Pemandangan: 94 Persen Wisatawan Kini Mencari Perjalanan Aktif di Selandia Baru
-
Belajar Makin Seru, Ada Wahana Imersif Berbasis LED dan 5D di Sumedang
-
Tren Wisata Virtual Meningkat, Warga Jakarta Bisa Jalan-Jalan di Tokyo Gratis
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran