SuaraBali.id - Hidangan sate susu adalah makanan khas untuk berbuka puasa di Lingkungan Kampung Muslim Wanasari, Denpasar Utara, Bali atau yang juga dikenal dengan sebutan Kampung Jawa. Sate susu menggunakan bahan dasar kelenjar susu sapi yang kemudian dipotong dan ditusuk seperti sate pada umumnya.
Nur Khotimah (43) adalah salah satu pedagang sate susu yang mendirikan lapaknya di sekitar Jalan Maruti. Nur baru berdagang sejak tahun 2015 lalu, namun dia meneruskan usaha ibunya yang memulai usahanya sejak tahun 1975 lalu.
“Dari 2015 saya sudah jualan sate, kalau ibu dari dulu memang. Dari dulu memang sudah ada sate susu. Ibu saya dulu (mulai) jualan baru banyak-banyaknya yang (ikut) jualan. Ibu saya sudah tua sudah 70-an umurnya,” ujarnya saat ditemui pada Jumat (14/4/2023).
Sate susu yang dijualnya dipatok seharga Rp2 ribu per tusuknya dan dilengkapi dengan saus berwarna kuning dan sambal. Namun, Nur yang berjualan bersama suaminya mengaku tidak mengetahui mengapa kelenjar susu sapi dipilih untuk kudapan yang unik ini.
Baca Juga: Menpora Temui Koster Bahas World Beach Games, Soal Timnas Israel Tak Banyak Dibahas
Nur menyebut selama bulan ramadhan, jumlah pedagang sate susu menjamur di sekitar Kampung Jawa. Tapi, ia berujar hanya dia yang tetap berjualan meski sudah bukan bulan ramadhan.
Menurutnya penjualan saat bulan puasa bisa melebihi hari-hari biasanya. Bahkan, hasil penjualan per harinya pada bulan puasa mampu mencapai Rp1,3 juta.
Nur mengakui banyak yang tertarik mencoba sate susu karena memiliki bahan yang unik. Namun, letak perbedaan pada sate miliknya dia sebut ada pada bumbu sausnya, karena menurutnya setiap pedagang memiliki karakteristik yang berbeda.
“Kadang dari bumbunya beda, satu sama lain beda. Beda penjual beda rasa. Ibu saya resep bumbunya dari dulu itu, kayak mirip bumbu genep bahasanya di sini,” tutur dia.
Selain menjual sate susu sapi, Nur juga menjual jenis sate lain seperti sate lilit, sate usus, hingga sate sumsum. Meski tetap akan berjualan, pada Hari raya Idul Fitri yang kian dekat ini Nur berencana untuk pulang ke kampung halaman suaminya di Lombok Barat.
Setelah kembali, mungkin hanya Nur yang tetap berjualan sate susu di Kampung Jawa.
Meski begitu, setelah delapan tahun berjualan, Nur dan suaminya tetap mengharapkan suatu saat mereka bisa memiliki tempat sendiri untuk berjualan.
“Biar bisa lanjut, ya semoga bisa punya tempat sendiri,” pungkasnya.
Kontributor : Putu Yonata Udawananda
Berita Terkait
-
Cerita Senior Calvin Verdonk Soal Sepak Bola Indonesia: Sungguh Gila!
-
Janggalnya 'Wisatawan Siluman' di Bali, Pendapatan Daerah Berpotensi Bocor
-
Pertumbuhan Properti Tembus USD142 juta, Bali Masih Jadi Magnet Investor Mancanegara?
-
Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan? Jangan Sampai Salah, Ini Hukumnya!
-
Bali Larang Air Kemasan Plastik! Langkah Radikal Selamatkan Pulau Dewata dari Tsunami Sampah
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Investor Merapat! BRI Umumkan Cum Date Dividen, Jangan Sampai Ketinggalan
-
Undangan Pernikahan Dengan Luna Maya di Ubud Diduga Bocor, Maxime Kecewa
-
Gara-gara Foto Ini Luna Maya Dibilang Anak Bali Banget Oleh Maxime Bouttier
-
Dari Lombok ke Pasar Dunia: Kisah Sukses "I Love Mutiara" Berkat Dukungan BRI
-
Di Balik Kisah Mistis Dan Pilu Jembatan Tukad Bangkung, Begini Suasana di Bawahnya