Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 31 Desember 2022 | 19:33 WIB
Zainudin menjual pernak pernik tahun baru di pinggir Jalan Raya Puputan, Denpasar, Bali pada Sabtu (31/12/2022) [suara.com/Putu Yonata Udawananda]

SuaraBali.id - Perayaan tahun baru bisa menjadi momen penuh suka cita untuk dirayakan sembari berkumpul bersama keluarga atau teman.

Namun, bagi sebagian orang perayaan tahun baru juga sangat dinanti, namun bukan karena perayaannya, melainkan bisa menjadi sumber rejeki yang besar bagi mereka.

Salah satunya adalah bagi penjual pernak-pernik tahun baru yang berjualan di luar areal Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar.

Zainudin, pria paruh baya duduk bersama istrinya menunggu orang meminggirkan kendaraan untuk membeli dagangannya.

Saat hari-hari biasa, Zainudin sejatinya hanya menjajakan mainan anak-anak di areal yang sama.

Namun, dengan momen tahun baru dia menambahkan dagangannya dengan stik lampu, bando, hingga kembang api.

“Sehari-hari jualan mainan, di sebelah timur (Lapangan Renon). Kalau hari minggu bisa di dalam, sampai jam 10 pagi. Kalau seperti ini, ada kembang api, lampu-lampuan bisa lah,” ujarnya sambil menunjukkan dagangannya saat ditemui pada Sabtu (31/12/2022).

Pria asal Lombok Timur itu sudah berjualan mainan sejak 20 tahun yang lalu.

Selama itu pula, menurutnya momen perayaan tahun baru adalah momen yang paling dinanti selama satu tahun penuh.

Penyebabnya tentu karena dia bisa meraup untung yang jauh lebih besar dibanding hari-hari biasa.

Jika pada hari biasa dia bisa mendapat untung sekitar Rp100-200 ribu, pada seminggu sebelum tahun baru hingga malam perayaan tahun baru dia bisa meraup untung hingga lebih dari Rp500 ribu.

“Kalau pengalaman saya jualan di sini itu (yang paling laku) tahun baru lah, apalagi satu malam itu lah. Kalau hari biasa gak tentu, kadang-kadang gak dapat, kadang laku. Biasanya dapat Rp100-200 (ribu), kalau tahun baru ada peningkatan, ya bisa Rp500 ribu lah,” tuturnya.

Pernak pernik yang dia jajakan juga dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Mainan anak-anak seperti terompet, bando, hingga lato-lato yang kini digemari dipatok dari harga Rp 5-20 ribu.

Sedangkan kembang api dia jual berdasarkan ukuran, yang kecil ia jual seharga Rp5 ribu dan yang paling besar ia jual seharga Rp 35 ribu.

Bagi Zainudin, dengan kondisi pasca pandemi kini penghasilannya sudah membaik. Dia bahkan mengaku sempat banting setir menjadi penjual minuman saat pandemi.

Meski dirasanya menghasilkan lebih banyak saat menjual minuman, namun tidak dengan fisiknya yang merasa berat untuk mengangkut minuman berkeliling.

Penghujung tahun sudah di depan mata, Zainudin juga merasa momen yang dia nantikan selama ini juga akan berlalu.

Namun, demi satu malam yang tersisa ini harapannya sederhana, agar malam tahun baru tidak hujan seperti tahun sebelumnya saat dagangannya terpaksa dianggurkan akibat hujan mengguyur saat malam itu.

“Kalau tahun lalu itu karena masih pandemi, sepi, terus hujan juga tahun lalu. Itu gak dapat jualan. Sekarang baru ada jalan sedikit, ya bisa kerja lah. Mudah-mudahan malam gak hujan lah, kalau malam gak hujan bisa lah masuk ke dalam,” pungkasnya.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

Load More