Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 22 November 2022 | 16:32 WIB
Salah satu pekerja saat mengikat atap dalam pembuat berugak di pinggir jalan, Selasa (22/11/2022) [Suara.com/Toni Hermawan]

SuaraBali.id - Gempa bumi mengguncang Lombok beberapa tahun silam. Rupanya masih menyimpan cerita, salah satunya dari pembuat berugak atau gazebo, Amaq Baharuddin.

Ia memiliki cerita saat membuat berugak yang dimodifikasi untuk rumah hunian sementara. 

"Dulu kami bawa berugak sekitar 180 unit ke Lombok Utara yang dimodifikasi seperti rumah-rumah untuk korban gempa", aku Baharuddin disela-sela membuat berugak, Selasa (22/11/2022).

Pria asal Dusun Bujak, Desa Bujak, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah (Loteng) ini menyebut jika berugak-berugak yang dibuatnya untuk korban gempa Lombok tahan gempa, ringan, dan tentunya murah. Di sisi lain, berugak-berugaknya juga dapat dibongkar-pasang

"Jadinya mudah kalau dibawa nanti sampai lokasi tinggal dipasang lagi", tambahnya.

Saat ini, berugak-berugak miliknya dipesan mulai dari Lombok, Sumbawa hingga Pulau Bali. Untuk harga lokal, masih seputaran Lombok dibandrol Rp 3,5 juta dan untuk luar pulau, seperti Pulau Bali dihargakan sekitar Rp 5,5 juta.

"Alhamdulillah dipesan sampai luar Lombok,” aku pria yang berprofesi sebagai pembuat berugak selama tujuh tahun ini.

Berugak yang dibuatnya menggunakan bahan baku bambu-bambu pilihan yang berasal wilayah utara Lombok Timur (Lotim). Sebab dalam pembuatannya tidak menggunakan bambu-bambu yang biasa.

"Bambu-bambunya pilihan semua", ujarnya.

Hingga kini pesanan berugak terus berdatangan dan banyak dipesan oleh pengusaha rumah makan, kantor pemerintah dan  kantor dewan, serta kantor gubernur.

"Karena atap tidak menggukan genteng makanya gak panas mungkin itu salah satu alasan mereka pesan,” pungkasnya.

Kontributor: Toni Hermawan

Load More