SuaraBali.id - Adanya kesenjangan jaringan internet di Buleleng dan adanya blankspot membuat pemangku daerah setempat membuat solusi-solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Oleh sebab itu, Pemkab Buleleng membangun pemancar internet dari bambu di Desa Tembok wilayah Kecamatan Tejakula.
Pemancar internet ini dirasa lebih relatif murah secara biaya untuk mengatasi kesenjangan internet di wilayah setempat.
"Kesenjangan digitalisasi wilayah perkotaan dengan pedesaan masih terjadi di daerah ini sehingga pembangunan infrastruktur jaringan internet sangat diperlukan di wilayah pinggiran," kata Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah (Setda) Buleleng, Ir. Nyoman Genep, di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Selasa (25/10/2022).
Pembangunan internet berbahan bambu ini bisa meningkatkan digitalisasi, peningkatan layanan kesehatan, pendidikan, jaring pemasaran usaha mikro kecil menengah (UMKM) serta layanan publik pemerintah.
Pemancar internet berbahan dari alam pertama di daerah tersebut sebagai role model pemerataan akses internet yang ramah lingkungan.
"Ke depan bisa diperluas tidak hanya di Desa Tembok, namun di desa lain untuk mengatasi kesenjangan jaringan internet. Nantinya, dari Dinas Kominfosanti akan mengkaji daerah yang perlu dikembangkan atas wilayah blank spot di Kabupaten Buleleng," ucapnya.
Pembangunan infrastruktur internet di Desa Tembok, ungkap Mekel Yudi, merupakan kolaborasi anggaran dana desa dengan pihak yayasan dan ITB. Selain itu, anggaran langganan internet tidak lebih dari Rp15 juta.
Ia mengharapkan pelajar di Banjar Dinas Sembung, yang merupakan titik terjauh dari pusat pemerintahan, dapat lebih mudah mengakses informasi, memudahkan layanan publik serta kegiatan-kegiatan yang mendukung perekonomian masyarakat.
Baca Juga: Angin Puting Beliung di Pantai Kedonganan Viral, Nyaris Sapu Cafe
Di sisi teknis, Kepala Pusat Penelitian Produk Budaya dan Lingkungan ITB Dr. Adi Nugraha mengatakan, Tower Internet bahan dasar bambu ini bisa tahan antara 7-10 tahun, karena sebelum dibangun bahan bambu diawetkan sesuai pakem masyarakat, dengan biaya yang dikeluarkan kurang lebih Rp10 juta sampai 15 juta.
"Inilah alasan kami menggunakan pemancar berbahan bambu, selain dapat menekan biaya, bahannya sangat mudah didapat dan tahan lama tergantung cara perawatannya. Makanya tower ini memakai atap untuk melindung paparan panas dan hujan secara langsung,"ungkapnya. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Djakarta Warehouse Project 2025 Hadir dengan 67 Artis dan Pengalaman 10 Hari di GWK Bali
-
Ketika Kuliner Bali Menyatu dengan Alam: Perpaduan Rasa, Budaya, dan Kemurnian
-
Tanggapi Kekalahan Borneo FC dari Bali United, Bojan Hodak: Saya Kepikiran Persija
-
Strategi Jitu Johnny Jansen yang Sukses Hentikan 11 Kemenangan Beruntun Borneo FC
-
Rekor Kemenangan Borneo FC Dihentikan Bali United, Kadek Agung Jadi Pembeda
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran
-
Santunan dan Pemulangan Jenazah WNI Korban Kebakaran Hongkong Ditanggung Pemerintah