Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 25 Oktober 2022 | 11:27 WIB
Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, membangun pemancar internet dari bambu di Desa Tembok wilayah Kecamatan Tejakula untuk mengatasi permasalahan digital terkait kesenjangan internet di wilayah setempat dengan biaya juga relatif murah. [Istimewa/ANTARA]

SuaraBali.id - Adanya kesenjangan jaringan internet di Buleleng dan adanya blankspot membuat pemangku daerah setempat membuat solusi-solusi untuk mengatasi hal tersebut.

Oleh sebab itu, Pemkab Buleleng membangun pemancar internet dari bambu di Desa Tembok wilayah Kecamatan Tejakula.

Pemancar internet ini dirasa lebih relatif murah secara biaya untuk mengatasi kesenjangan internet di wilayah setempat.

"Kesenjangan digitalisasi wilayah perkotaan dengan pedesaan masih terjadi di daerah ini sehingga pembangunan infrastruktur jaringan internet sangat diperlukan di wilayah pinggiran," kata Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah (Setda) Buleleng, Ir. Nyoman Genep, di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Selasa (25/10/2022).

Baca Juga: Angin Puting Beliung di Pantai Kedonganan Viral, Nyaris Sapu Cafe

Pembangunan internet berbahan bambu ini bisa meningkatkan digitalisasi, peningkatan layanan kesehatan, pendidikan, jaring pemasaran usaha mikro kecil menengah (UMKM) serta layanan publik pemerintah.

Pemancar internet berbahan dari alam pertama di daerah tersebut sebagai role model pemerataan akses internet yang ramah lingkungan.

"Ke depan bisa diperluas tidak hanya di Desa Tembok, namun di desa lain untuk mengatasi kesenjangan jaringan internet. Nantinya, dari Dinas Kominfosanti akan mengkaji daerah yang perlu dikembangkan atas wilayah blank spot di Kabupaten Buleleng," ucapnya.

Pembangunan infrastruktur internet di Desa Tembok, ungkap Mekel Yudi, merupakan kolaborasi anggaran dana desa dengan pihak yayasan dan ITB. Selain itu, anggaran langganan internet tidak lebih dari Rp15 juta.

Ia mengharapkan pelajar di Banjar Dinas Sembung, yang merupakan titik terjauh dari pusat pemerintahan, dapat lebih mudah mengakses informasi, memudahkan layanan publik serta kegiatan-kegiatan yang mendukung perekonomian masyarakat.

Baca Juga: Hujan Deras, Wilayah Denpasar Kembali Banjir Malam Ini Termasuk Bundaran Renon

Di sisi teknis, Kepala Pusat Penelitian Produk Budaya dan Lingkungan ITB Dr. Adi Nugraha mengatakan, Tower Internet bahan dasar bambu ini bisa tahan antara 7-10 tahun, karena sebelum dibangun bahan bambu diawetkan sesuai pakem masyarakat, dengan biaya yang dikeluarkan kurang lebih Rp10 juta sampai 15 juta.

"Inilah alasan kami menggunakan pemancar berbahan bambu, selain dapat menekan biaya, bahannya sangat mudah didapat dan tahan lama tergantung cara perawatannya. Makanya tower ini memakai atap untuk melindung paparan panas dan hujan secara langsung,"ungkapnya. (ANTARA)

Load More