Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 31 Mei 2022 | 11:07 WIB
Sejumlah orang berdiri berdiri di depan salah satu wisma di kawasan lokalisasi Dolly, Surabaya, Kamis (19/6/2014) malam. Meski Pemerintah Kota Surabaya telah menggelar Deklarasi Surabaya Bebas Prostitusi namun sejumlah wisma dan tempat hiburan malam di kawasan Lokalisasi Dolly-Jarak memilih tetap beroperasi. (ANTARA FOTO/Suryanto)

SuaraBali.id - Keinginan warga agar salah satu gedung eks atau bekas lokalisasi Dolly menjadi gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri diamini oleh pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya.

Ia mendukung usulan itu dan disebut sangat bagus karena punya nilai manfaat.

"Menurut saya itu sangat bagus, sehingga gedung tersebut mempunyai nilai yang bermanfaat," kata Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya Hamri Al Jauhari Selasa (31/5/2022).

Menurutnya pemanfaatan gedung itu bisa menjadi amal jariyah dan kemaslahatan umat. Namun ia menekankan agar jangan sampai ada masalah di belakang.

"Tapi juga tetap memperhatikan legalitas pemanfaatan gedung tersebut jangan sampai di belakang hari timbul masalah," ujar Hamri.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya Ahmad Muhibbin Zuhri secara prinsip, lanjut dia, pihaknya mendukung keinginan warga agar tersebut.

"Secara prinsip kalau itu menjadi kebutuhan masyarakat ya kami setuju saja, kami dukung," kata Muhibbin.

Namun demikian ia berharap Pemerintah Kota Surabaya perlu melakukan penataan ulang di kawasan bekas lokalisasi Dolly. Penataan ulang tersebut, lanjut dia, dengan cara Pemkot Surabaya mengkaji ulang perencanaan pembangunan bekas lokalisasi Dolly yang sudah ada.

Sebelumnya, salah seorang warga Sawahan, Surabaya, Setyo Nugroho sempat menyampaikan usulannya kepada Ketua Fraksi Golkar DPRD Surabaya Arif Fathoni saat menghadiri kegiatan konsolidasi Pimpinan Kecamatan Partai Golkar Sawahan di Jalan Banyuurip Surabaya, Minggu (29/5).

"Ini agar warga sekitar tidak terdampak kebijakan zonasi saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru)," kata Setyo.

Mendapati hal itu, Ketua Fraksi Golkar DPRD Surabaya Arif Fathoni mengatakan, pihaknya sudah menyuarakan perlunya kebijakan khusus bagi kelurahan yang tidak ada SMP Negeri, baik di Kelurahan Putat Jaya, Medokan Ayu maupun Benowo.

Hal itu dilakukan, kata dia, agar warga sekitar bisa tetap bersekolah di sekolah Negeri, tidak terkena dampak kebijakan zonasi. Dia berharap ada kebijakan khusus dari wali kota terkait dengan keinginan warga itu. (ANTARA)

Load More