SuaraBali.id - Orang Bali mempunyai nama yang unik dan lain daripada daerah lain di Indonesia. Hal ini pun menjadi ciri khas daerah Bali dan menjadi daya tarik tersendiri.
Sebut saja nama-nama seperti Wayan, Komang, Kadek Hingga Ketut. Nama-nama ini membuat sang pemilik nama langsung diketahui bahwa ia adalah orang Bali.
Hingga kini nama-nama tersebut juga masih digunakan oleh para keturunan Bali meski sudah tidak lagi bertempat tinggal di Pulau Dewata.
"Kalo sebagai Hindu Bali, sih, kita sangat menganut (prinsip) 'mempertahankan tradisi supaya tidak punah'. Jadi secara umum, ada kebebasan untuk ikut (tradisi) atau enggak, tapi kebanyakan orang Bali lebih memilih mengikuti tradisi," kata travel blogger Kadek Arini Kamis (27/12).
Adapun Desak Putu Virginia Wulandari, yang merupakan karyawan hotel di Bali mengatakan bahwa penggunaan nama khas Bali merupakan cara masyarakat Bali dalam mempertahankan budayanya.
"Yang paling penting, tetap mempertahankan budaya Bali dengan tetap menggunakan nama Bali," tuturnya saat dihubungi pada Kamis (27/12) melalui pesan singkat Whatsapp.
Inilah 3 Faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan nama Bali :
1. Jenis Kelamin
Orang Bali mempunyai nama yang setidaknya memiliki dua kata, yaitu kata sandang yang menunjukkan jenis kelamin dan urutan kelahiran. Berdasarkan jenis kelamin, ada dua nama yang digunakan untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Anak laki-laki biasanya diberi nama awalan I, misalnya saja I Gede atau I Made. Sedangkan anak perempuan akan diberi nama awalan Ni, misalnya Ni Putu, Ni Desak, dan sebagainya.
Meski begitu, pemberian nama berdasarkan jenis kelamin bukanlah suatu keharusan, tapi menjadi opsional, atau tergantung pilihan orang tua. Sebab, ada nama-nama lainnya sesuai kasta yang bisa secara langsung memperlihatkan jenis kelamin anak berdasarkan namanya.
2. Urutan Lahir
Kata kedua yang mengikuti nama awalan berdasarkan jenis kelamin adalah nama yang mengacu pada urutan kelahiran. Nama ini pula yang menjadi alasan mengapa nama orang Bali memiliki banyak kemiripan satu dengan yang lain.
Terutama karena nama yang digunakan sesuai urutan kelahiran juga dijadikan sebagai nama panggilan. Masyarakat Bali memiliki empat nama dengan berbagai versi yang menjadi penanda urutan kelahiran.
Anak pertama dalam keluarga diberi nama Wayan, yang berasal dari kata 'Wayahan', yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tertua atau lebih tua.
Versi lainnya yang bisa kamu gunakan selain Wayan adalah Gede atau Gde yang memiliki arti 'besar atau lebih besar'.
Meski lebih merujuk pada laki-laki, nama Gede juga bisa diberikan pada anak perempuan. Biasanya orang Bali menyematkan Luh sebelum nama Gede, sehingga menjadi Luh Gede yang berarti anak perempuan paling besar, biasanya digunakan untuk anak pertama.
Nama lainnya yaitu Putu, yang berarti cucu. ini menggunakan kata Putu sebagai penanda urutan kelahirannya. Untuk anak kedua, orang-orang Bali biasanya akan memberikan nama Made.
Kata Made berasal dari kata 'Madya' yang berarti tengah. Di beberapa daerah di Bali, ada yang menggunakan nama lain seperti Kade, Kadek, atau Nengah sebagai pengganti kata Made. Travel blogger Kadek Arini misalnya, dari nama yang ia miliki, kamu dapat mengetahui bahwa ia merupakan anak kedua.
Sedangkan untuk anak ketiga diberi nama Nyoman atau Komang. Kedua nama ini berasal dari kata 'Anom' yang berarti muda atau kecil. Namun ada pula dugaan bahwa secara etimologis, kata Nyoman dan Komang berasal dari kata 'Uman' yang berarti sisa atau akhir.
Anak keempat kemudian akan diberi nama Ketut, yang berasal dari kata 'Ke' dan 'Tuwut', yang memiliki makna mengikuti atau mengekor. Jika sebuah keluarga memiliki anak lebih dari empat, maka anak kelima hingga seterusnya akan mengulang siklus nama yang sama dimulai dari Wayan hingga Ketut sesuai jumlah anaknya.
3. Kasta
Selain jenis kelamin dan urutan kelahiran, faktor kasta atau wangsa dalam lapisan masyarakat turut mengambil peran dalam nama orang Bali.
"Kalau kasta udah enggak berlaku secara kedudukan. Tapi, kalau secara silsilah keluarga masih dipakai. Khususnya untuk ngasih nama anak, untuk menunjukkan bahwa ada keturunan raja, tapi secara fungsi, sih, sudah enggak berlaku," ungkap wanita yang kini berdomisili di Bekasi ini.
Misalnya saja, wangsa Brahmana atau yang merupakan keturunan dari pendeta akan diberi nama Ida Ayu (bagi perempuan) dan Ida Bagus (untuk laki-laki). Biasanya, Ida Ayu kemudian disingkat pula untuk memudahkan pengucapan menjadi Dayu.
Untuk tingkatan wangsa kedua, yaitu Kesatria, ada banyak gelar yang bisa disematkan pada anak laki-laki atau perempuannya. Sebab kasta Kesatria bukan hanya terbatas pada keturunan raja saja, tapi juga anak-anak raja yang tidak menjadi raja, pembantu kerajaan seperti abdi dalem, dan juga para pendekar.
Beberapa contoh nama bagi anak laki-laki yang diperuntukkan untuk wangsa Kesatria antara lain Dewa, Anak Agung, Cokorda, Ngakan, Bagus, dan Sang. Sedangkan untuk anak perempuan, biasanya menggunakan nama Ayu, Desak, Istri atau Sakti.
Desak Putu Virginia Wulandari, atau yang lebih akrab dipanggil Wulan misalnya. Melalui nama awalannya, kamu dapat mengetahui bahwa ia masih merupakan keturunan dari wangsa Kesatria.
Wangsa atau kasta selanjutnya adalah Waisya. Waisya merupakan kelompok masyarakat di luar istana yang berfungsi untuk menggerakkan ekonomi, pembangunan dan perindustrian.
Misalnya saja saudagar, penguasa, atau pedagang.
Hanya saja, di masa kini, karena tidak berada di dalam lingkungan kerajaan, meski memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari Sudra, wangsa Waisya kerap disamakan dengan Sudra.
Sehingga mereka dianggap tak lagi punya kasta dan tidak wajib memasukkan gelar sebagai nama awalan.
Walau begitu, setidaknya ada tiga nama yang kerap digunakan oleh masyarakat Hindu Bali, yaitu Gusti, Gusi, dan Si. Sehingga dalam membuat penamaan, mereka bisa saja hanya mengombinasikan urutan lahir, jenis kelamin, dan nama lain yang diinginkan bagi anak-anaknya.
Berita Terkait
-
Untung Rugi Jordi Amat Gabung Persib Bandung atau Bali United
-
Bali United Incar 4 Pemain Timnas Indonesia yang Segera Habis Kontrak di Klub Luar Negeri
-
Media Malaysia: Jordi Amat Diincar 2 Klub Indonesia
-
Media Malaysia Ribut Pemain Keturunan Indonesia-Spanyol Diincar Persib Bandung dan Bali United
-
Tol di Sumatera, Kalimantan, dan Bali Dipadati Kendaraan! Ini Pemicunya
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
Pantang Kalah! Ini Potensi Bencana Timnas Indonesia U-17 Jika Kalah Lawan Yaman
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaik April 2025
-
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
-
Libur Lebaran Usai, Harga Emas Antam Merosot Rp23.000 Jadi Rp1.758.000/Gram
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Arus Balik Lebaran 2025 Meningkat, Terminal Mengwi Bali Catat Lonjakan Penumpang Dibanding 2024
-
Program Pemberdayaan UMKM oleh BRI Mampu Tingkatkan Skala Bisnis Unici Songket Silungkang
-
Bali Larang Minuman Kemasan Plastik di Bawah 1 Liter, GPS : Kesewenang-wenangan, Bisa Digugat
-
Ini Fasilitas Posko Mudik BUMN dari BRI Saat Arus Balik Lebaran 2025: Agar Pemudik Nyaman
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali