Eviera Paramita Sandi
Senin, 14 Maret 2022 | 10:24 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, China, Jumat (4/2/2022). ANTARA FOTO/Sputnik/Aleksey Druzhinin/Kremlin via REUTERS/AWW/djo (via REUTERS/SPUTNIK)

Wang Huiyao, kepala sebuah wadah pemikir di Beijing dan penasihat pemerintah China, memperingatkan adanya "ketegangan berkepanjangan" lewat kolom di New York Times pada Minggu.

Dia mengatakan China "secara unik diposisikan untuk bertindak sebagai penengah yang netral antara Ukraina yang didukung Barat dan Rusia" untuk mengakhiri perang.

"Tidak seenak yang diperkirakan sejumlah kalangan di Barat, inilah saatnya untuk menawari pemimpin Rusia jalan keluar dengan bantuan China," tulis Wang.

Para pejabat AS skeptis dengan usulan tersebut mengingat hubungan China-Rusia dan penyebaran informasi yang tidak benar terkait perang itu.

AS dan sekutunya telah menjatuhkan sanksi keras kepada Rusia dan melarang impor energi dari negara tersebut. Mereka juga memberikan bantuan militer dan kemanusiaan senilai miliaran dolar kepada Ukraina.

Secara individu dan bersama-sama mereka telah meminta China, negara-negara Arab dan negara-negara lain yang tidak mengutuk invasi Rusia untuk bergabung mengisolasi Moskow dari ekonomi (ANTARA)

Load More