Pebriansyah Ariefana
Senin, 24 Januari 2022 | 10:23 WIB
Es Potong Singapura (YouTube Asahid TehYung)

3.  Clorot

Mendengar namanya saja mungkin kita akan bertanya-tanya, ini makanan atau bukan? Namun Clorot merupakan salah satu kue tradisional yang berbahan dasar tepung beras dan santan. Bahan-bahan tersebut diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan teksur yang lembut dan manis.

Jajanan ini unik karena dibungkus menggunakan daun janur atau daun kelapa muda yang berbentuk kerucut. Dan biasanya jajanan ini bisa kita temui di pasar.

Saat ini Clorot sudah jarang kita temui. Bisa jadi kue ini menjadi langka karena sudah jarang yang membuatnya. 

4. Grontol Jagung

Jajanan ini awalnya berasal dari Jawa Tengah, berbahan dasar jagung yang sudah dipipil kemudian direbus hingga matang.

Setengah direbus, jagung tersebut di tambahkan dengan parutan kelapa dan sedikit gula pasir diatasnya lalu disajikan diatas potongan daun pisang.

Grontol jagung nikmat dimakan sebagai hidangan selingan, atau hanya sekadar untuk cemilan di waktu senggang.

Sekarang kudapan ini sudah langka dan jarang ditemukan. Namun di sejumlah pasar tradisional, khususnya di daerah Jawa, Grontol Jagung masih bisa kita temui. Salah satunya di Pasar Gede Solo.

Baca Juga: 7 Jajanan Zaman Dulu Yang Masih Eksis Hingga Kini, Kamu Suka Yang Mana?

5.  Kue Rangi

Kue Rangi merupakan makanan khas tradisional dari Betawi. Kue ini berbahan dasar tepung beras yang telah ditumbuk terlebih dahulu, lalu diberi campuran kelapa parut.

Kue Rangi dibuat dengan cara dipanggang di atas kompor lalu dimasukkan dalam cetakan mirip kue pancong. Setelah kering, kue ini disiram saus cair gula merah yang dikentalkan dengan sedikit tepung kanji.

Kue Rangi enak dinikmati dalam keadaan hangat dan sekarang ini penjual kue rangi sudah jarang ditemukan. Kalaupun ada, biasanya kue ini kembali dijajakan pada perayaan ulang tahun kota Jakarta atau pada saat festival kuliner Betawi.

Demikian ulasan mengenai jajanan jaman dulu, semoga menambah wawasan Anda dan bermanfaat bagi kita semua.

Kontributor : Damayanti Kahyangan

Load More