Scroll untuk membaca artikel
Nur Afitria Cika Handayani
Sabtu, 18 Desember 2021 | 11:06 WIB
Cerita bawang merah bawang putih. (Youtube/Dongengkita)

SuaraBali.id - Cerita bawang merah dan bawang putih merupakan salah satu dogeng populer yang ada di Indonesia. Alur cerita dari dongeng ini, mengandung pesan moral yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penasaran dengan alur ceritanya? Bawang merah dan bawang putih bercerita mengenai dua orang gadis cantik kakak beradik yang memiliki sifat dan perangai berbeda serta bertolak belakang, ditambah lagi dengan sosok ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih. Yuk, simak ulasan berikut ini.

Melansir dari YouTube chanel dongeng kita, cerita bawang merah dan bawang putih ini, diawali dengan cerita mengenai seorang pedagang kaya bersama anak perempuannya bernama bawang putih.

Istri dari pedangan itu sudah lama meninggal dunia. Si pedagang sangat sayang kepada Bawang Putih, sebab ia selalu menurut dan baik hatinya.

Baca Juga: Viral Bridesmaid Rewang Potong Bawang Merah, Warganet: Ini Baru Benar!

Suatu hari ketika si pedagang pulang dari bepergian, ia membawa seorang ibu yang membawa anaknya.

Ternyata si pedagang hendak menikahinya. Lalu dipilihlah hari yang tepat untuk melangsungkan pernikahnnya.

Maka sejak saaat itu, bawang putih memilih ibu tiri dan kakak tiri yang bernama bawang merah. Saat bapaknya pergi berdagang, maka ibu tiri dan kakak tirinya akan menyuruh-nyuruh bawang putih layaknya seorang pembantu.

Bawang putih melakukan semua pekerjaan yang disuruh oleh ibu tirinya, dari mulai membersihkan rumah, memasakk, mencuci baju atau mancari kayu bakar. Jika pekerjaan bawang putih tidak beres, maka ibu tirinya akan menghukumnya dengan tidak memberikan makan.

Setiap pagi akan terdengar suara teriakan si ibu tiri dan kakak tiri secara bergantian, “hey Bawang Putih cuci bajuku,” kata kakak tiri.

Baca Juga: Petani di Temanggung Curhat Impor Bawang Putih Saat Panen, Presiden Jokowi Telepon Mendag

pBelum selesai mencuci baju, bawang Putih sudah dipanggil ibu tirinya, “Bawang Putih siapkan sarpan, kami sudah lapar,” kata ibu tiri.

Dengan suara tersenggal – senggal ketakutan, bawang putih menjawab, “baik, bu,” jawab lirih.

Lantaran sering bekerja dan dihukum, tubuh Bawang Putih kian hari kian kurus.

Suatu hari, ayah bawang putih pulang ke rumah dan jatuh sakit. Sakitnya sangat parah, bawang putih sangat sedih karenanya. Dia tidak pernah meningalkan ayahnya sendirian di kamar, namun apa daya Tuhan berkata lain, ayah bawang putih pun meninggal dunia.

“Ayah jangan tinggalkan Bawang Putih,” katanya sambil menangis.

Bawang putih menangis sedih, ibu tiri dan kakak tirinya justru kegirangan, karena rumah dan harta ayah bawang putih menjadi menjadi kuasa mereka berdua.

“Lihat Bawang Merah, akhirnya dia meninggal juga. Ha .. ha .. ha.” kata ibu tiri bawang putih dengan bengisnya.

“Iya, Bu, kita akan kaya sekarang,” jawab bawang merah sambil ketawa mengejek.

Sejak saat itu, kehidupan bawang putih semakin sengsara karena setelah sepeninggal ayahnya.

Tidak ada lagi ayah yang menjadi pelindung dan menyayanginya, ibu tiri dan bawang merah semakin menjadi-jadi untuk menyiksa bawang putih. Namun, bawang putih masih terus mencoba bersabar dengan keadaan, meski kadang-kadang ia kerap menangis saat malam hari.

“Ya Tuhan, tolonglah aku, kenapa mereka selalu jahat padaku?” rintihan doanya sambil menangis.

Lalu suatu hari bawang putih pergi ke sungai hendak mencuci pakaian, ia masih mengantuk dan lemas. Saat mencuci Bawang Putih tidak sadar, bahwa selendang kesayangan ibu tirinya hanyut ketika dicuci.

Lalu ia sadar sejak ingin memasukkan semua pakaian yang dicucinya di dalam keranjang, bahwa selendang cuciannya ada yang hilang.

“Ah, selendang kesayangan ibu tidak ada. Jangan-jangan hanyut di sungai. Aduh, bangaimana ini? aku tidak berani pulang, ibu pasti akan mengukumku,” gerutunya.

Lalu mau tidak mau, Bawang Putih pergi menyusuri sungai untuk mencari selendang yang hanyut tadi.

Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang petani yang sedang memandikan sapinya, “Paman, apakah paman melihat selendang warna merah hanyut di sungai?” tanya Bawang Putih.

Petani itu pun mengangguk dan menjawab, “selendang merah? Hmmm …,” katanya.

“Sepertinya selendang itu diambil nenek tua yang sedang mencuci pakaian tadi. Rumah nenek itu ada di atas gunung,” jawab paman petani itu.

Lantas dengan sekuat tenaga, Bawang Putih berangkat ke gunung untuk menemui si nenek. Akhirnya, ditemuilah si nenek di sebuah rumah yang berada di atas gunung. Bawang Putih awalnya mengetuk pintu.

Tok, tok, tok!

“Permisi, nek, apakah nenek melihat selendang merah yang hanyut di sungai tadi?” kata Bawang Putih dengan suara rendahnya.

Lalu si nenek menjawab, “eh, ada cucu datang, sini .. sini masuk,” jawab si nenek.

Setelah memperkenalkan diri, akhirnya selendang itu diberikan selendan kepada Bawang Putih.

Namun, dengan satu syarat, Bawang Putih harus membantunya terlebih dahulu. Bawang Putih pun bersedia, selama seharian Bawang Putih membantu si nenek memasak, mencari kayu bakar, dan membersihkan rumah.

Saat semua persyaratan sudah dilakukan, akhirnya Bawang Putih diberi selendang yang hanyut tadi oleh si nenek. Dan sebelum meninggalkan rumah si nenek, Bawang Putih diberi hadiah untuk memilih sebuah labu. Dengan kemantapan hati, Bawang Putih pun memilih labu yang berukuran kecil.

Pulanglah si Bawang Putih ke rumah, sesampainya di rumah, Bawang Putih malah mendapat omelan dari si Ibu Tiri dan kakak tirinya.

“Oh, sekarang sudah berani melawann ya? Sudah mulai kurang ajar ya,” sentak ibu tiri.

“Ampun, Bu,” kata Bawang Putih. Sekarang masaklah, kami sudah lapar karena sudah menunggumu dari tadi.

“Baik, Bu,” jawab Bawang Putih. Kemudian Bawang Putih membelah labu yang diberikan oleh si nenek tadi, siapa sangka ternyata di dalam labu itu berisi emas.

Mengetahui isi labu itu emas, akhirnya si Ibu Tiri dan kakak tirinya langsung mengambil emas itu.

“Dari mana kamu mendapatkan labu ini?” tanya Ibu Tiri. “Saya mendaptkannya dari seorang nenek yang tinggal di atas gunung,” jawab si Bawang Putih.

Benar saja, karena Ibu Tiri dan Bawang Merah suka akan kegelimangan harta, ia bermaksud untuk meminta labu lagi kepada si nenek. Dengan harapan ia bisa menambah tambahan emas. Dan berhasillah si Ibu Tiri dan Bawang Merah mendapatkan labu kembali dari si nenek.

Namun, betapa kagetnya mereka, saat dibuka, isi labu itu adalah seokor ular. Sontak saja mereka lari terbirit-birit meninggalkan labu itu. Namun naas, ternyat bisa ular itu sudah mendahului memasuki tubuh mereka. Dan mereka meregang nyawa.

Keserakahan mereka membawa kepada malapetaka, sementara Bawang Putih, akhirnya bisa hidup dengan tenang dengan modal emas yang ada di dalam labu. Dia pun meneruskan usaha ayahnya, dan menikmati hasil dari buah kesabaranya sebagai anak yang berbakti.

Demikianlah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih yang memiliki pesan moral itu.

Kontributor : Agung Kurniawan

Load More