SuaraBali.id - Pengaruh kebudayaan Tionghoa terlihat dengan adanya penggunaan uang kepeng di Bali. Di Bali uang kepeng disebut juga Pis Bolong.
Hingga saat ini penggunaan uang kepeng tersebut masih terasa khususnya dalam pengaruh sistem religi dan upacara keagamaan.
Dalam artikel berjudul “Uang Kepeng Dalam Perspektif Masyarakat Hindu Bali di Era Globalisasi” yang dipublikasikan dalam Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 3, tahun 2016 yang ditulis oleh Nyoman Arisanti, Alumnus Program Studi Kajian Budaya Pasca Sarjana Universitas Udayana, tertulis bahwa masyarakat Hindu di Bali menggunakan uang kepeng dalam berbagai ritual agama.
Eksistensi uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali memiliki sejarah panjang yang tidak terlepas dari integrasi budaya Tionghoa di Bali. Mata uang kepeng adalah alat pembayaran sah dari negeri Cina.
Uang kepeng dibawa oleh pedagang Cina ke Indonesia sekitar abad ke-6 Masehi.
Adanya uang kepeng di Bali diperkirakan sebagai akibat adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan Cina. Perdagangan ini dimulai dari daerah pelabuhan seperti di daerah Bali Utara disebut-sebut kota pelabuhannya Desa Julah, Menasa di Kabupaten Buleleng Timur dan di Bali Selatan disebut Banjar Belanjong di Desa Sanur.
Uang kepeng pada masa HindiaBelanda dianggap primitif sehingga posisinya sebagai uang kartal digantikan dengan uang Hindia-Belanda dan uang lainnya yang berlaku pada masa itu. Pesatnya globalisasi yang identik dengan modernisasi, tidak menyebabkan uang kepeng ditinggalkan dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali.
Sekitar tahun 1950 uang kepeng mulai berangsur-angsur kehilan gan fungsinya sebagai uang kartal. Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 20 tahun 1950 ditetapkan bahwa uang RIS dan ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) adalah uang kartal resmi di seluruh wilayah Indonesia termasuk Bali.
Berlakunya Undang-undang tersebut, maka secara resmi uang kepeng bukan lagi merupakan alat pembayaran yang sah, dan harus ditarik dari peredarannya.
Setelah berlakunya rupiah sebagai mata uang sah di Indonesia, uang kepeng masih tetap digunakan di Bali. Meskipun uang kepeng kehilangan fungsi ekonominya, namun tetap digunakan dalam kehidupan masyarakat Bali karena fungsi religiusnya yang masih melekat. [bbn/ Forum Arkeologi/mul]
Berita Terkait
-
Jadwal Persib Kontra Bali United Resmi Ditunda
-
Jokowi Direncanakan Akan Datang ke Bali Demi Kampanyekan Mulia-PAS, Megawati Tidak
-
Buntut 'Jalan-Jalan ke Bali', Pengamat Sarankan Pj Bupati Ganti Kadinsos Jika Tak Ingin Kepercayaan Masyarakat Hilang
-
Polisi Ungkap Lab Narkoba Hasis di Vila Uluwatu Bali Hasilkan Duit Rp 1,5 Triliun Dalam 2 Bulan
-
Polemik Kunjungan Dinas Sosial Kabupaten Bogor ke Bali, Boros atau Kebutuhan?
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
Tangan Kanan Bongkar Shin Tae-yong Punya Kendala di Timnas Indonesia: Ada yang Ngomong...
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
Terkini
-
Tiket Ludes 2,5 Bulan, OPPO Run 2024 Sukses Gelar Event Olahraga di Bali
-
Ingin Punya Rumah di Kota Pahlawan? Hadiri KPR BRI Property Expo 2024
-
Pintu Masuk Desa yang Terdampak Erupsi Lewotobi Dipasangi Spanduk Dilarang Masuk
-
Bawaslu Bali Mulai Awasi Serangan Fajar Jalur Uang Digital
-
Inilah Kelebihan Apple Watch SE Gen 2