SuaraBali.id - Bali sejak zaman dahulu terkenal dengan daerah tujuan wisata. Memiliki keindahan alam berupa pantai, gunung hingga ramah tamah masyarakatnya, Bali selalu disukai wisatawan asing.
Namun ada yang berbeda dengan keadaan penginapan di Bali dulu dan sekarang. Dulu, penginapan di Bali membuat wisatawan heran karena pintu kamar di Denpasar dan Sanur tak ada kuncinya.
Bali kini dikenal sebagai tujuan wisata terfavorit di dunia. Sudah banyak hotel dan penginapan mulai kelas melati hingga level bintang 5 dengan pelayanan mewah berstandar internasional. Tapi bagaimana kondisi hotel di Bali tahun 1960-an?
Bulan Januari 1964, Horst Henry Geerken, seorang warga Jerman yang bekerja di perusahaan telekomunikasi Jerman, pergi ke Bali untuk bekerja di proyek pembangunan Bandara Tuban (Ngurah Rai) di wilayah Badung, Bali.
Dalam bukunya " A Magic Gecko" Henry menulis, saat itu Bandara Tuban (Ngurah Rai) hanyalah sebuah landasan rumput sederhana bergelombang dan hanya sekali-sekali didarati oleh pesawat kecil.
Presiden Sukarno ingin menjadikan bandara ini berstandar internasional untuk membuka Bali bagi pariwisata. Henry bertugas untuk menyediakan alat-alat yang berhubungan dengan telekomunikasi.
Di saat libur akhir pekan, Henry berkesempatan untuk berwisata mengunjungi daerah-daerah wisata di Bali waktu itu. Ia juga sempat menginap di hotel dan penginapan yang ada di wilayah Denpasar dan Sanur.
Menurut Henry, pada tahun itu, kondisi Bali masih relatif sepi dan alami, jauh dari kesan hiruk pikuk industri pariwisata.
"Di Desa nelayan kecil Kuta, yang sekarang penuh sesak dengan hotel dan penginapan, waktu itu belum ada penginapan. Perusahaaan "Grun & Bilfinger" menyediakan bungalow dan wisma tamu yang langsung berhadapan dengan laut untuk orang Jerman,"tulisnya.
Lokasi bungalow yang ditempati Henry, dekat dengan Hotel Natour Kuta Beach saat ini, yang saat itu dalam proses pembangunan.
Berita Terkait
-
Daya Beli Anjlok, Hotel dan Restoran Terpaksa Pangkas Biaya Operasional, Ini Kata PHRI
-
Menghabiskan Libur Lebaran dengan Berwisata ke Lighting Art Kota Tua Jakarta
-
Mirip Cappadocia, Begini Kemeriahan Festival Balon Udara di Pekalongan
-
PHRI Kritik Pemerintah yang Minta Pelaku Usaha Berinovasi di Tengah Daya Beli Turun: Asal Bicara Aja
-
Hotel Malah Sepi Selama Libur Lebaran, Dampak Perekonomian Lesu jadi Pemicunya!
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
Polresta Solo Apresiasi Masyarakat Manfaatkan Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor
-
Bahaya! JP Morgan Soroti Pernyataan Blunder Pejabat RI, Terbukti IHSG dan Rupiah Anjlok
-
IHSG Anjlok 8 Persen, Saham NETV Justru Terbang Tinggi Menuju ARA!
-
IHSG Terjun Bebas, Hanya 15 Saham di Zona Hijau Pasca Trading Halt
-
Tarif Impor Bikin IHSG Babak Belur, Bos BEI Siapkan Jurus Jitu Redam Kepanikan Investor
Terkini
-
Bukan Sepak Bola, Bukan Piknik, Tapi WNA Ini Malah Main Golf di Stadion Karangasem
-
Pemain Bali United Kena Hukuman Gara-gara Berat Badannya Naik Seusai Lebaran
-
Industri Air Minum Lokal di Bali Protes Soal Larangan Kemasan Plastik di Bawah 1 Liter
-
Malas Masak? Jalan Airlangga Jadi Surga Lebaran Ketupat: Menu Lengkap, Harga Murah
-
Ribuan Warga Padati Lebaran Topat di Makam Bintaro & Loang Baloq Mataram