Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 24 Oktober 2021 | 18:44 WIB
Tradisi Maulid Adat Bayan. [beritabali.com]

SuaraBali.id - Tepat pada Kamis (21/10/2021) masyarakat adat Bayan Kabupaten Lombok Utara, NTT merayakan tradisi tahunan yang disebut Maulid Adat Bayan. Tradisi ini merupakan kegiatan adat terkait peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dilaksanakan selama 2 hari oleh masyarakat adat Bayan sebagai bentuk penghormatan terhadap Rasulullah.

Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah, turut menghadiri dan mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Bayan Kabupaten Lombok Utara ini.

"Berkunjung ke Bayan adalah perziarahan panjang menembus batas dan waktu," kata gubernur Zul, yang hadir mengenakan pakaian  adat Sasak seperti dikutip dari Beritabali.com.

Gubernur NTB juga mengajak masyarakat untuk berkunjung ke desa adat Bayan. 

Baca Juga: Tiga Remaja Ini Goyang Pargoy di Acara Maulid Nabi, Netizen Anggap Tak Pantas!

"Acara yang sangat luar biasa. Sesekali datanglah ke Bayan di Lombok Utara untuk bersilaturrahim dengan kearifan," ajak alumni Inggris ini, saat bersama Bupati, Wakil Bupati dan Sekda KLU.

”Tahun depan Maulid Adat Bayan ini harus kita jadikan agenda tahunan di pariwisata provinsi. Kita buat besar-besaran, bahkan bila perlu undang presiden,” imbuh orang nomor satu di NTB itu.

Gubernur ingin kegiatan ini bisa dilakukan secara khusus dan berkala. Dirinya menilai kegiatan tersebut juga penting untuk pendidikan generasi NTB. Sehingga kelak anak NTB, khususnya KLU memahami tentang budaya dan kearifan lokal daerahnya.

Pria yang disapa Bang Zul itu mengaku baru pertama kali menghadiri Maulid Adat Bayan. Dirinya berencana akan membuat kegiatan tersebut lebih meriah layaknya perayaan Bau Nyale di Lombok Tengah.

”Kita akan lakukan besar-besaran, tentunya dengan kolaborasi antara pihak provinsi dan kabupaten,” tegas Zul.

Baca Juga: Acara Maulid Nabi, Viral Video 3 Gadis Goyang Pargoy

Bupati lombok Utara H Djohan Sjamsu mengatakan, kegiatan budaya ini adalah bukti keragaman di Lombok Utara. Termasuk menunjukkan ciri masyarakat yang masih menjaga tradisi dengan baik. 

”Bayan ini merupakan tempat kunjungan wisata, makanya kantor bupati juga nanti dibuat dibuat menyerupai Mesjid Kuno Bayan,” ujar dia yang banyak terinspirasi dari kecamatan itu. 

Maulid Adat Bayan adalah sebuah kegiatan adat terkait Maulid yang berasal dari Lombok (biasa disebut Mulud Adat Bayan). Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilaksanakan masyarakat adat Bayan sebagai bentuk penghormatan terhadap Rasulullah. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari dengan jadwal yang telah diatur. 

Waktu Pelaksanaan Maulid Adat Tradisi Maulid adat Bayan merupakan agenda tahunan dari masyarakat Bayan, Lombok Utara untuk terus melestarikan nilai khas adat istiadat setempat. Terdapat perhitungan tersendiri terkait perayaan Maulid di Lombok yang disebut Sareat (Syari’at). 

Prosesi maulid adat dilaksanakan dua hari setelah ketetapan Kalender Islam Maulid Nabi tanggal 12 Rabi'ul Awal, tepatnya dimulai pada tanggal 14 hingga 15 Rabi’ul Awal. 

Tradisi ini berlangsung selama dua hari. Hari pertama adalah persiapan bahan makanan dan piranti upacara lain yang disebut “kayu aiq”. 

Hari kedua diisi dengan doa dan makan bersama yang dipusatkan di Masjid Kuno Bayan. Para pelaksananya terdiri dari warga desa Loloan, Desa Anyar, Desa Sukadana, Desa Senaru, Karang Bajo dan Desa Bayan. Semua desa tersebut merupakan kesatuan wilayah adat yang disebut komunitas wilayah adat Bayan.

Pada pagi hari pertama, masyarakat menyerahkan hasil bumi kepada Inan Menik sebagai tanda syukur atas keberhasilan panen. Inan Menik kemudian mengolahnya untuk disajikan kepada para kyai, penghulu, dan tokoh adat pada hari puncak perayaan Mulud Adat. Nantinya, Inan Menik akan menandai dahi warga dengan mamaq atau sirih dalam ritual adat yang disebut menyembek.

Lalu, masyarakat membersihkan balen unggun (tempat sekam/dedak) dan balen tempan (tempat alat penumbuk padi), serta membersihkan rantok (tempat menumbuk padi). Prosesi dilanjutkan dengan membersihkan tempat Gendang Gerantung dan beberapa orang menjemput Gamelan Gendang Gerantung. 

Setelah tiba, dilaksanakan ritual penyambutan dengan ngaturan lekes buaq (sirih dan pinang) sebagai tanda rangkaian acara Mulud Adat dimulai.

Sekitar waktu gugur kembang waru pada pukul 15.30, para wanita mulai menumbuk padi bersamaan mengikuti irama alat musik tempan yang terbuat dari bambu panjang. 

Padi tersebut ditumbuk di lesung seukuran perahu yang disebut menutu. Pada saat yang bersamaan, gamelan mengiringi ritual mencari bambu tutul untuk membuat umbul-umbul (Penjor) yang akan dipajang pada pojok Masjid Kuno Bayan. Ritual ini hanya diikuti laki-laki yang dipimpin pemangku atau melokaq penguban setelah direstui oleh Inan Menik.

Pada hari kedua atau 15 Rabi’ul Awal, perempuan adat memulai kegiatan menampiq beras yaitu membersihkan beras. Prosesi selanjutnya berjalan menuju mata air lokoq masan segah. Syaratan mencuci beras yaitu perempuan yang sedang suci / tidak haid, Berbicara, menoleh, memotong jalan barisan merupakan pantangan sepanjang jalan. Setelah beras dimasak, hidangan di tata di atas ancaq atau sebuah tempat, prosesi ini disebut mengageq.

Load More